Peternakan Sapi Di NTT Nusa Tenggara Timur

Nusa Tenggara Timur (NTT) dikenal sebagai salah satu sentral sapi di Indonesia karena masyarakatnya sudah terbiasa turun menurun untuk memelihara sapi sekaligus bertani. Kedua kegiatan tersebut sudah menjadi profesi utama mereka. Maka dari itu, banyak sekali peternakan yang didirikan di Provinsi NTT untuk menghasilkan bakalan-bakalan sapi yang akan dikirim ke seluruh penjuru Indonesia.

Nusa Tenggara Timur memiliki iklim yang relatif panas. Namun, padang penggembalaan tetap banyak tersedia karena para profesi petani akan bergantung pada iklim, maka mereka memilih beternak sebagai profesi sampingan mereka.

Peternakan Sapi Di NTT Nusa Tenggara Timur sangatlah berbeda dengan peternakan-peternakan yang berada di pulau lain seperti di Bali dan Jawa. Sistem pemeliharaan di NTT, sapi-sapi cenderung dilepas di padang penggembalaan dengan model Ranch dan Pastural. Model pastural adalah sebuah metode yang membiarkan sapi-sapi dilepas sejak lahir ke padang penggembalaan atau hutan.

Dalam metode Peternakan Sapi Di NTT seperti ini, biasanya para peternak akan menandai sapi-sapi mereka dengan cara memilok bagian punggung sapi dan menuliskan kode-kode khusus, atau bisa juga dengan memberikan eartag pada telinga sapi. Selain itu, para peternak juga banyak yang menandai sapi dengan menggunting telinga sapi dengan berbagai macam bentuk.

Hal ini dilakukan dengan tujuan agar sapi-sapi tidak akan tertukar kepemilikannya dengan sapi milik peternak lain. Dengan tanda-tanda yang sudah diberikan, para peternak akan bisa lebih mudah mengenali sapi-sapi mereka.

Metode ini memiliki keunggulan berupa minimnya modal yang akan dikeluarkan karena tidak mesti membangun kandang dan melakukan pengadaan pakan. Namun, sapi-sapi yang dipelihara dengan metode ini akan mengalami pertumbuhan yang tidak maksimal karena hanya mengandalkan pakan hijauan dan kekurangan zat mineral vitamin.

Atas dasar inilah, Provinsi Nusa Tenggara Timur banyak mengirim sapi-sapi mereka dalam bentuk bakalan agar bisa digemukkan di pulau-pulau lain seperti Kalimantan, Sumatera, dan Jawa.  Dengan seperti ini, maka sapi-sapi akan berkembang dengan lebih maksimal.

Sistem breeding yang dilakukan di Peternakan Sapi Di NTT mayoritas menggunakan metode kawin alami karena memang dilakukan di hutan atau padang penggembalaan. Dari proses kawin alami ini, sering terjadi proses kawin sedarah (Inbreeding) yang bisa menyebabkan kualitas sapi semakin mengecil. Postur tubuh sapi akan semakin mengecil jika dibandingkan dengan ras sapi murninya.

Namun, ada pula beberapa daerah tertentu yang juga menerapkan metode Inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik. Umumnya, proses ini diberlakukan di peternakan-peternakan bersakala lebih besar. Hal ini dilakukan untuk melindungi kualitas bakalan sapi yang akan dihasilkan, agar memiliki postur tubuh yang setara dengan jenis sapi aslinya.

Ini terbukti dari jenis sapi Bali yang lahir di Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki postur tubuh yang berbeda dengan jenis sapi bali yang berada di Pulau Bali dimana 100 – 150 kilogram (kg) sudah cukup umur dan dewasa. Begitu pula dengan jenis sapi Ongole yang bobotnya mampu mencapai 400 – 450 kg, tetapi  jenis Rote Ongole yang berasal dari NTT memiliki postur tubuh yang lebih kecil karena akibat dari proses kawin sedarah (Inbreeding).

Jenis sapi yang banyak dipelihara di Pulau NTT ada 4 jenis, di antaranya adalah Sumba Ongole yang dikembangkan di Pulau Sumba dengan bobot relatif sekitar 400 kg dalam bentuk bakalan, Rote Ongole yang dikembangkan di Pulau Rote dengan warna khas yang bervariasi antara coklat, putih, dan hitam atau campuran.

 

Ada pula jenis sapi Flores yang merupakan persilangan antara jenis sapi Ongole dan Madura dengan jenis sapi Bali, sapi ini memiliki bobot relatif sekitar 300 kg. Kemudian, jenis sapi Kupang atau ras sapi Bali yang hanya dipelihara di Pulau Timor dan Kupang sampai perbatasan daerah Timor-timur.

Di daerah sana, mayoritas para peternak melakukan pengembangbiakkan atau pemeliharaan sapi dengan cara tradisional . Jarang sekali ditemukan proses penggemukkan (fattening) karena akan memakan lebih banyak biaya pakan konsentrat yang relatif mahal dan sulit didapatkan. Mereka lebih memilih untuk memanfaatkan hijauan dan tumbuhan yang mengandung nutrisi tinggi seperti indigofera dan lamtoro yang banyak dibudidayakan sebagai pakan ternak, terutama sapi.

Dalam hal pengiriman, sapi-sapi ini akan diangkut menggunakan truk menuju Pelabuhan Tenau, Kota Kupang. Kemudian, naik kapal kargo. Ada pula pelabuhan di daerah Waingapu yang dijadikan khusus pengiriman sapi Sumba Ongole.

Namun, sekarang sudah disediakan kapal khusus ternak yaitu Kapal Camara Nusantara untuk mengangkut sapi-sapi ke Kota Surabaya atau kota-kota lain di Pulau Kalimantan. Ada pula Kapal Camara Nusantara yang menuju ke Tanjung Priok atau kota-kota besar di Jawa dan Kalimantan.

Untuk informasi lebih lanjut silahkan hubungi Sapibagus farm di contact person disini. Kunjungi channel Youtube kami disini untuk melihat vidio informatif lainnya.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll to Top