Peternakan Sapi Indonesia Terpuruk Akibat Besarnya Campur Tangan Pemerintah

Beberapa waktu lalu, Reporter Sapibagus berkesempatan mewawancarai Prof. Dr. Ir. Muladno, MSA, selaku Guru Besar Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB). Mereka sempat berbincang singkat mengenai kondisi Peternakan Sapi Indonesia Terpuruk saat ini yang rupanya tak luput dari campur tangan pihak pemerintah yang diduga mengakibatkan peternak sapi terpuruk.

Prof. Dr. Ir. Muladno, MSA, mengatakan bahwa menurutnya, prospek bisnis sapi Indonesia di tahun 2021 ini sangatlah bagus apabila bisnis sapi betul-betul dijalankan dengan ilmu bisnis. Adapun yang dimaksud dengan ilmu bisnis di sini adalah ilmu segmentasi tanpa adanya intervensi pemerintah yang terlalu berlebihan sebagai pemain bisnis yang akan membuat kondisi menjadi tidak baik.

Peternakan Sapi Indonesia Terpuruk

Seperti yang diketahui oleh banyak kalangan Peternakan Sapi Indonesia Terpuruk, bahwa sampai saat ini Negara Indonesia masih bergantung pada importasi bakalan sapi dan daging sapi yang dipasok dari Negara Australia. Menurut beliau, kekurangan sapi dan daging sapi yang sebenarnya hanya terjadi di wilayah Jabodetabek, bukan di seluruh Indonesia. Hal ini disebabkan oleh padatnya penduduk di wilayah Jabodetabek yang membutuhkan pasokan daging sapi, tetapi mereka sama sekali tidak memiliki sapi.

Peternakan Sapi Indonesia Terpuruk karna hanya ada delapan provinsi yang menjadi wilayah surplus sapi di Indonesia dan itu saja tidak dapat memenuhi kebutuhan karena pasokan dari wilayah surplus masih kurang sehingga perlu mengimpor daging dan bakalan sapi untuk memenuhi kekurangan pasokan lokal. Solusinya adalah dengan menjadikan impor sebagai bahan penunjang atau pendukung saja, lalu fokus pada pengembangan ternak sapi lokal yang ada di dalam Negara Indonesia.

Peternakan Sapi Indonesia Terpuruk

Mungkin butuh waktu hingga 30 – 40 tahun untuk bisa sukses mengembangkan ternak sapi lokal di Indonesia. Importasi daging sapi seharusnya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku produk olahan, jangan dijadikan sebagai konsumsi rumah tangga. Selain itu, akan lebih baik jika mengimpor bakalan sapi dibandingkan dengan daging sapi.

Peternak yang mencintai sapi-sapinya mayoritas adalah para peternak rakyat. Hanya saja, mereka tidak masih memelihara sapi dengan cara tradisional sehingga perkembangan populasi sapi masih cukup terhambat dan lambat. Para peternak dan petani breeding ini bisa sukses jika diberikan pembekalan beternak dengan cara yang lebih canggih.

“Di Australia saya pernah lihat, datang ke ranch, luasnya itu satu Kabupaten Malang, Pak. Saya cek di Google Kabupaten Malang ada 400 kilometer persegi. Luasnya itu, di sana hanya dimiliki oleh satu orang,” ujar Prof. Dr. Ir. Muladno, MSA.

“Pemiliknya membuat sekolah sendiri, membuat mini market sendiri untuk memenuhi kebutuhan pegawainya yang jumlahnya kalau nggak salah 40 orang,” lanjutnya.

Menurut beliau, Indonesia bisa mengikuti sistem peternakan seperti Australia. Sayangnya, lahan yang dimiliki di Indonesia dikelilingi oleh rumah-rumah penduduk. Program pembelian peternakan sapi pernah dilakukan saat masa Menteri BUMN dijabat oleh Dahlan Iskan. Namun, saat dilakukan terjadi kegagalan karena pelaksanaannya sama seperti impor biasa.

Peternakan Sapi Indonesia Terpuruk

Selain itu, stereotipe salah yang sudah menyebar ke masyarakat menganggap daging impor lebih enak dibandingkan dengan daging sapi lokal. Enak atau tidaknya suatu daging, tergantung pakan yang diberikan kepada sapi tersebut. Membeli peternakan di Belgia adalah tindakan yang kurang pas untuk dilakukan karena tidak kompetitif.

Sangat disarankan pemerintah bergerak di bidang yang tidak disukai oleh masyarakat, bisnis yang sifatnya mahal tetapi wajib dilakukan seperti pembibitan dan pembuahan, seharusnya dikerjakan oleh pemerintah.

Untuk informasi lebih lanjut silahkan hubungi Sapibagus farm di contact person disini. Kunjungi channel Youtube kami disini untuk melihat vidio informatif lainnya.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll to Top