Krisis Daging Sapi Akan Terulang Kembali di tahun 2016

RPH-Daging-2016

Krisis daging sapi bulan Agustus 2015 masih segar dalam ingatan kita, penyebab utama adalah terhambatnya pasokan dari perusahan feedlot yang bereaksi atas pembatasan impor bakalan sapi dari Australia triwulan ke tiga sebanyak 50.000 ekor oleh Pemerintah, padahal feedloter berharap bisa mengimpor sapi 200.000 ekor saat triwulan ketiga tersebut.

Usai lebaran harga daging sapi seharusnya bisa turun kembali seperti saat sebelum lebaran Rp 100.000. perkilogramnya, namun kenyataannya malah harganya lebih mahal dari pada saat lebaran mencapai Rp 130.000. Tentunya timbul kecurigaan dari pihak Pemerintah adanya permainan harga yang ditentukan oleh pemasok sapi alias kartel daging sapi.

Namun kecurigaan tersebut juga ditepis oleh pihak feedloter dengan berbagai argumen, intinya kedua belah pihak saling menyalahkan, bahkan aparat penegak hukumpun ikut turun tangan untuk menyelesaikan krisis pasokan daging sapi ini.

Toko-daging-lembang-bandung
Toko daging Lembang-Bandung

Selang beberapa saat harga daging sapi sedikit mulai turun, namun belum bisa kembali seperti sedia kala, karena saat itu (September 2015) menjelang Idul qurban sehingga beberapa pemasok sapi lokal berusaha menahan potongan sapinya untuk keperluan qurban yang harganya lebih menguntungkan. Usai Idul qurban, harga daging dipasaran masih tetap tinggi dikisaran Rp 105.000. – Rp 110.000.

Demikian juga pasokan sapi lokal dari sentral seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan NTT mulai tersendat dan berlanjut sampai ahir desember. Walau saat itu Pemerintah menjanjikan harga daging bisa ditekan menjadi Rp 70.000. per kilogramnya karena sudah ada kapal ternak yang siap mengirim sapi-sapi dari daerah sentral sapi menuju Jakarta.

Daging-Sapi-2016

Bagi kalangan pemain sapi tentu tidak akan percaya Pemerintah bisa menekan harga serendah itu, karena harga sapi dan daging impor sudah jauh melebihi yang ditargetkan Pemerintah. Juga pasokan sapi lokal terjadi masalah besar yaitu penurunan populasi sapi hampir di semua Provinsi, ini bisa dilihat harga sapi di daerah ternyata lebih mahal dari pada di Jakarta, sehingga hampir 100% kebutuhan daging sapi di Jakarta dan Jawa Barat Banten di pasok dari sapi dan daging Impor.

Sebagai contoh harga sapi siap potong di pasar hewan Margorejo kabupaten Pati, Jawa Tengah Rp 42.500. kilogram timbangan hidup (12/12/15), sementra harga sapi impor jenis BX dari beberapa feedloter di patok hanya Rp 42.000 per kilogramnya.

Di awal tahun 2016 ini di Jakarta dan sekitarnya terjadi gejala yang sama, yaitu kekurangan pasokan sapi, baik sapi impor maupun lokal, seperti yang disampaikan oleh Yarkowi salah satu jagal di daerah Bekasi mengaku seret pasokan sapi dari Bali sejak awal sampai pertengahan januari belu turun, pada hal sapi sudah siap dikirim dari Bali, namun karena ijin pengeluaran sapi dari provinsi Bali belum turun, terpaksa sapinya masih tertahan.

Setiap hari rata-rata meotong 15 ekor , namun sudah satu bulan terahir ini dia memotong kurang dari 10 ekor. Demikian juga pasokan sapi impor yang dikirim oleh feedloter ternyata hasilnya kurang memuaskan saat di potong, sehingga menghasilkan karkasan dibawah standar.

Hal ini dibenarkan oleh Suratno direktur operasional PT. Karyana (15/1/16) salah satu feedloter terbesar di Kerawang, bahwa sapi BX yang di pelihara di kandang baru 50 hari. Artinya sapi dalam kondisi belum siap potong, namun karena permintaan dari pelanggan, sedang sapi yang siap potong sudah habis stoknya sejak desember kemarin, ya terpaksa di lepas juga sapi yang belum siap potong. Yang penting bisa menutup biaya dan bisa memenuhi permintaan pelanggan, demikian ungkapnya.

Keputusan Pemerintah untuk mengenakan Pajak Pertambahan Nilai 10% pada sapi hasil pengemukan feedloter yang akan diberlakukan pada bulan januari ini akan memperparah kondisi. Jika Pemerintah tidak segera bertindak untuk menambah pasokan atau menunda pengenakan PPN, maka kemungkinan dalam waktu dekat ini akan terjadi krisis daging sapi alias siap-siap harga daging sapi akan melonjak lebih dari Rp 130.000 perkilo, seperti krisis di tahun-tahun sebelumnya.

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll to Top