Mengurai Perbedaan Harga Daging Sapi Lokal dan Impor di Pasar
Dalam dunia bisnis daging sapi, muncul pertanyaan mengapa harga daging sapi lokal dan impor memiliki perbedaan yang signifikan. Artikel ini akan membahas alasan di balik ketidaksetaraan tersebut dan mengapa daging sapi lokal seringkali kalah bersaing dengan impor.
Klaster Pasokan Daging Sapi di Indonesia
1. Peternakan Rakyat Lokal
Klaster pertama melibatkan peternakan rakyat yang membudidayakan sapi secara lokal. Kemudian, peternak menjual sapi yang telah digemukkan kepada pedagang lokal di pasar hewan regional. Proses ini melibatkan pedagang antar kampung yang membawa sapi-sapi ke pasar hewan untuk diperdagangkan kepada pedagang sapi antar kota.
2. Industri Peternakan atau Feedlotter
Ingin tahu informasi lebih lanjut seputar dunia peternakan, gabung bersama komunitas sapibagus dengan ikut pelatihan di sini.
Klaster kedua terdiri dari industri peternakan atau feedlotter yang menghasilkan daging sapi dari sapi-sapi yang digemukkan, biasanya jenis sapi brahman cross dari Australia. Dengan kapasitas kandang yang besar, mereka menjual daging sapi hasil penggemukkan langsung kepada jagal di rumah pemotongan hewan.
3. Importir Daging Beku
Klaster ketiga adalah importir daging beku yang mengimpor daging sapi dari berbagai negara seperti India, Australia, Amerika, dan Selandia Baru. Peternak memotong daging ini dan mengemas sesuai dengan grade atau kualitasnya. Importir kemudian menjualnya ke distributor, yang selanjutnya mendistribusikan ke pemakai atau reseller, termasuk pedagang pasar yang menjualnya langsung kepada konsumen.
Analisis Tata Niaga dan Perbedaan Harga
Perbedaan tata niaga ini memberikan gambaran mengapa harga daging sapi lokal, daging sapi dari industri penggemukkan, dan daging sapi impor memiliki selisih yang mencolok. Tata niaga efisiensi daging impor beku–langsung dari importir ke distributor dan kemudian ke pemakai–membuatnya cenderung memiliki harga yang lebih rendah dibandingkan dengan daging sapi lokal atau dari industri peternakan.