Refleksi 70 Tahun Peringatan Hari Kemerdekaan

Memaknai peringatan hari kemerdekaan yang ke 70 dengan merenung sejenak dan melihat kilas balik bagaimana pendiri bangsa ini mencita-citakan masa depan bangsa yang lebih baik. Mereka berjuang untuk meraih kemerdekaan tanpa pamrih dan memiliki visi kedepan yang jelas yaitu kesejahteraan masyarakat yang adil dan beradab, dari Sabang sampai Meroke dalam kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Berikut refleksi, bagaimana perjalanan para pendiri Republik ini memulai meletakkan dasar-dasar Pembangunan dan Para penerusnya

Periode Kemerdekaan,

Masyarakat dan Pemerintah bahu membahu saling kerjasma membangun negeri. Pembangunan Peternak menitik beratkan mampu memenuhi kebutuhan sendiri, kondisi petani benar-benar terbatas alias miskin, namun mereka berbahagia karena merasa senasib dan sepenanggungan.

Masyarakat mampu mencukupi kebutuhan daging sapi dan tidak perlu mendatangkan impor, karena mereka memang sadar bahwa membangun bangsa perlu kerja keras dan kesederhanaan.

Periode Pembangunan,

Pemerintah sadar bahwa mayoritas penduduk tinggal di pedesaan dan pertanian merupakan penggerak utama ekonomi. Tepatlah mendiang Presiden Suharto yang notabenya orang desa mulai memberdayakan sektor pertanian yang bisa mengerakkan sector lainnya, seperti Peternakan, Perkebunan dan Perikanan.

Masa itu benar-benar petani meraskan betapa besar perhatian pemerintah pada sektor ini, sehingga mampu berswasembada pangan dan petanipun merasakan keberhasilannya. Program Bantuan Presiden (Banpres) di tahun 80 an dengan membagi indukan sapi kepada petani, dan petani berkewajiban untuk mengembalikan dalam bentuk anakan sapi hasil dari pembudidayaan.

Program ini terus bergulir dan cukup berhasil, sehingga mampu berswasembada daging sapi, bahkan mampu mengirim sapi lokal ini kebeberpa Negara tetangga.
Pereode Reformasi,

Hingar binger kebebasan masyarakat dibuka karena merasa selama ini tersumbat komunikasi, sehingga tanpa terkendali, menghasilkan kebebasan tanpa arah. Masing-masing kelompok memiliki agenda dan kepentingan sendiri.

Dalam masa ini Pemerintah sibuk dengan urusan politik yang harus banyak mengakomodir kepentingan masing-masing kelompok, sehingga kepentingan peternak sapi terabaikan. Peternak hanya di jadikan alat politik yang hanya diberi janji saat kampanye, elit politik lebih banyak mementingkan korporasi peternak besar ynag memberi kontribusi dalam pundi-pundi partai.

Pemerintah membuka kran lebar-lebar untuk impor sapi dengan alasan memenuhi kebutuhan lokal dan untuk menstabilkan harga, walau tujuan tersebut ternyata gagal total, ini terlihat harga daging tetap tinggi dan ketergantungan impor semakin tinggi pula.
Bila mau memaknai kemerdekaan ini sesuai dengan cita-cita pendiri bangsa, maka pembangunan bidang peternakan sapi, haruslah bertumpu pada kesejahteraan peternak. Sebab peternak sapi lokal jumlahnya hampir 5 juta

Scroll to Top