Kompleksitas Persoalan Daging Sapi, Bagaimana Solusinya

Daging-Sapi
Daging-Sapi Di Pasar Modern

Kompleksitas Persoalan Daging Sapi, Bagaimana Solusinya

Rumitnya persoalan daging sapi selam 10 tahun terahir ini, yang makin lama makin sulit diurai, terlihat terulangnya permasalahan kurangnya pasokan daging sapi di pasaran. Pemogokan pedagang daging sapi di Jabodetabek dan Bandung hanyalah salah satu bentuk ungkapan kekecewaan sebagian masyarakat terhadap kebijaksanan Pemerintah yang tidak bisa mengakomodir kepentingannya.

Selama ini kebutuhan daging sapi 60% di pasok oleh peternakan rakyat, sedang sisanya 40% dari impor sapi potong dan daging sapi beku. Bila salah satu pasokan ini di kurangi, tentunya akan berpengaruh dengan pasokan lain.

Pemerintah menetapkan kuota tiap triwulan, pertama 100.000 ekor, ke 2 berjumlah 250.000 ekor dan ke 3 turun 50.000 ekor. Penurunan ini akan mempengaruhi konstalasi bisnis sapi potong, baik perusahaan feedlot, peternak rakyat dan pedagang daging.

Reaksi sepontan dari perusahaan feedlot atas kebijaksanaan ini adalah dengan mengurangi pasokan, sehinga langsung berpengaruh terhadap harga daging sapi. Karena harga daging lagi bagus, peternak lokal bergairah untuk menjual stok sapinya.

Awalnya permintaan sapi siap potong yang paling diminati, namun karena terbatas, maka sapi yang ukuran agak kecil dan sapi betina produktifpun dijual, karena harganya lebih murah dari sapi jantan. Bahkan di beberapa daerah sentral penghasil susu, di Boyolali, Malang dan Cisarua Bogor ada beberapa peternak memotong sapi perahnya untuk mendapatkan keuntungan sementara, karena harga daging lagi bagus.

Bagaimana dampaknya bila ini terus berlanjut, tentunya populasi sapi lokal akan berkurang lantaran sapi betina produktif banyak dipotong, demikian juga produksi susu lokal akan berkurang karena indukannya dipotong. Awalnya bermaksud mengurangi ketergantungan impor, tapi akibat jangka panjangnya akan semakin besarnya ketergantungan impor daging dan susu sapi.

Melihat kondisi seperti ini, pemangku kepentingan harus duduk bersama untuk menyatukan persepsi tentang kecukupan daging sapi. Pemerintah lewat Kementrian Pertanian dan Kementrian Perdagangan, asosiasi perusahaan importer dan feedlot dan beberapa asosisasi peternak sapi rakyat.

Juga perlu melibatkan asosiasi pedagang daging sapi, yang mengetahu kondisi riil permintaan pasar. Apabila ini bisa di lakukan, maka kepentingan dari semua pihak ini bisa diakomodir dan bisa mengatasi rumitnya permasalahan yang ada.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll to Top