Generasi Pertama Sapi Persilangan Unggul lahir Di Klaten

Produksi bibit sapi unggul yang diinisiasi UGM bersama PT Widodo Makmur Perkasa dan University of Liege Belgia ini mampu menghasilkan ternak sapi dengan pertumbuhan cepat serta memiliki daging yang padat dan empuk. Saat ini, telah lahir 12 ekor sapi unggul generasi pertama persilangan Belgian Blue Cattle dengan sapi Brahman. Sapi generasi pertama keturunan Belgian Blue ini kemudian akan dikawinkan dengan generasi pertama keturunan Brahman dengan pejantan sapi Wagyu. Hasil ketiga keturunan inilah yang nantinya akan dinamakan Lembu Gama sebagai breed composit.

indukan-dan-anakan-simental-320x180

“Keunggulan breed composit ini diharapkan akan lahir sapi-sapi yang adaptif dan produktif pada kondisi iklim tropik basah dari darah tetuanya yaitu sapi Brahman, kemudian memiliki daging yang empuk dari  wagyu dan otot dobel dari Belgian Blue,” jelas Dekan Fakultas Peternakan UGM, Prof. Dr. Ir. Ali Agus, DAA., DEA.

Bibit sapi unggul yang berhasil dikembangkan ini, menurutnya, dapat dikembangkan di berbagai daerah di Indonesia untuk meningkatkan produksi daging sapi nasional. Karakter sapi Gama yang dihasilkan melalui persilangan ini, lanjut Ali, diharapkan dapat membantu mencukupi kebutuhan daging sapi di masa yang akan mendatang.

Kementerian Riset Teknologi dan Pedidikan Tinggi (Kemenristekdikti)  pada kunjungannya ke PT Widodo Makmur Perkasa mendukung penuh riset dan breeding melalui Centre of Excellence (CoE) kerjasama UGM dengan PT Widodo Makmur Perkasa untuk membentuk sapi breed komposit berjuluk Lembu Gama.

Maka dipastikan pada proses itu juga dihasilkan semen sapi darah murni Wagyu dan Belgian Blue yang bernilai tinggi, yang bisa dipergunakan untuk meningkatkan mutu genetik sapi nasional.

Menteri Riset Teknologi dan Pedidikan Tinggi (Menristekdikti) M Nasir menyatakan perlu laboratorium untuk memproses sperm (semen) sapi yang pasti berlebih jika hanya dimanfaatkan di CoE ini. “Kalau kelak produksi sperm di sini bisa mencapai 100 ribu – 150 ribu dosis per bulan, bisa kita distribusikan ke luar daerah. Kita usahakan anggarannya, sekitar Rp 15 Miliar,” jelasnya.

“Kami sudah membuat MoU dengan Menteri Perhubungan. Agar sperm ternak produksi dari laboratorium lingkup Kemenristekdikti tidak perlu melalui pemeriksaan x-ray di bandara, karena bisa merusak,” lanjut mantan Bupati Klaten ini.

Sunarna, salah satu pemilik saham PT WMP menyatakan, proses pembentukan breed komposit ini juga diikuti dengan pemurnian genetik sapi Wagyu dan Belgian Blue. Pemurnian genetik mutlak dilakukan untuk menyediakan sapi darah murni yang akan dikawinsilangkan untuk menghasilkan breed komposit pada masa mendatang. “Biayanya besar, tetapi kami dengan dana CSR kami merasa perlu menggarap ini dengan UGM untuk masa depan bersama,” ungkap dia.

Jual-sapi-tegal-pekalongan

Nasir pun terlihat menguasai seluk beluk industri sapi, mulai dari problematika sapi bakalan, impor, harga daging, budidaya/feedlot, sistem breeding bahkan sistem pemotongan di rumah potong. Saat meninjau rumah potong modern milik PT WMP, Nasir menyarankan untuk mempercepat proses pemotongan sapi yang memakan waktu 15 menit/ekor. “Masih terlalu lama. Di tempat lain, di Jawa Barat ada yang hanya 9 menit. Nanti anda repot kalau semalam harus memotong ratusan ekor,” tegasnya.

Hal itu pun dijawab oleh Heri Prasojo, representatif PT WMP bahwa di rumah potong PT WMP yang lain di Jawa Barat sudah bisa lebih cepat, kurang dari 12 menit/ekor. Kecepatan potong di rumah potong perusahaan yang di Klaten lebih lambat karena belum beroperasi penuh sesuai kapasitas terpasangnya yang mencapai 100 ekor/hari. “Pemotongan riil masih 15-20 ekor per hari,” kata Heri. nuruddin.

Sumber ; trobos.com-1/02 ; ugm.ac.id

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll to Top