FAPET UGM Adakan Workshop Anthrax

Dalam rangka meningkatkan kewaspadaan dan pengetahuan para civitas akademika dan pegawai dinas peternakan setempat, Fakultas Peternakan UGM menggelar workshop anthrax di Auditorium drh. Soepardjo Fapet UGM pada tanggal 25 Januari 2017. Acara ini dibuka oleh Dekan Fapet UGM Prof. Dr. Ir. Ali Agus, DAA., DEA. sekaligus pemrakarsa adanya workshop anthrax kali ini.

sosialisasi-penyakit-anthrax-fapet-ugm
sosialisasi-penyakit-anthrax-fapet-ugm

Kewaspadaan akan anthrax perlu ditingkatkan setelah munculnya kasus anthrax di Desa Purwosari, Girimulyo, Kulon Progo pada awal tahun 2017. Pembicara yang menyampaikan materi pada workshop ini antara lain Dr. drh. Widagdo Sri Nugroho dari Bagian Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH UGM,  dr. Abu Tholib , Aman, MSc., Ph.D. dari Fakultas Kedokteran UGM dan drh. Indarto dari Tim Penanganan Anthrax BBVET Wates.

Pada kesempatan ini drh. Indarto dari Balai Besar Veteriner (BBVET) Wates menyebutkan bahwa memang dari sampel sisa daging beku dari sapi sakit yang disembelih paksa oleh warga bulan November 2016 di Desa Purwosari, Girimulyo Kulon Progo positif mengandung bakteri penyebab anthrax, Bacillus anthracis dengan uji PCR. Indarto juga menyebutkan sampel- sampel pendukung lainnya seperti tanah dan lingkungan juga positif mengandung bakteri penyebab anthrax.

Penyakit anthrax merupakan penyakit zoonosis yang dapat menular dari hewan ke hewan dan juga ke manusia. Bakteri penyebab anthrax sendiri dapat dengan mudah mati dengan antibiotika spectrum luas seperti tetrasiklin dan oxytetracyclin. Bakteri ini juga mudah mati dengan pemanasan suhu 100oC sehingga masyarakat tidak perlu khawatir memakan daging sapi, selama proses pemasakan sudah benar-benar matang. Penyakit pada manusia juga dapat disembuhkan dengan mudah apabila dilakukan penanganan yang tepat.

Mengenai kasus pada manusia yang sempat membuat gaduh masyarakat, dr. Abu Tholib, pakar mikrobiologi dari Fakultas Kedokteran UGM menyebutkan bahwa sebenarnya kasus dugaan anthrax pada manusia yang dilaporkan baru-baru ini di daerah Sleman, belum bisa di confirm sebagai anthrax. Hal ini karena asal-muasal penularan pada anak yang terduga terjangkit anthrax belum jelas, dimana tidak ada riwayat makan daging atau berinteraksi dengan sumber anthrax itu sendiri.

penyakit-anthrax-menyerang-sapi

Sampai sekarang diagnosa belum bisa ditetapkan meningitis pada anak yang meninggal dunia di Sleman itu disebabkan oleh anthrax atau bukan karena pengujian laboratoris untuk meneguhkan diagnosa anthrax belum di lakukan. “Masyarakat tidak perlu khawatir, kita tunggu saja pengumuman dari RS, karena sampai sekarang belum bisa dipastikan itu anthrax atau bukan” ujar dr. Abu Tholib.

drh. Widagdo juga menyebutkan bahwa penyebaran anthrax bukan hanya disebarkan langsung dari hewan sakit ke hewan sehat, namun bisa disebarkan oleh bahan pakan yang mengandung spora bakteri dari daerah yang belum bebas anthrax atau dari lingkungan yang tercemar spora anthrax.

“Harus ada peningkatan keamanan arus lalu lintas ternak dan bahan pakan ternak dari daerah yang pernah terjangkit anthrax juga harus dibangun komunikasi yang baik antara peternak dan petugas kesehatan hewan”, tegas Widagdo.   Ia juga menambahkan bahwa kasus anthrax yang terjadi di Kulonprogo bisa merebak karena peternak yang tidak tahu sapinya terkena anthrax memotong paksa sapinya yang terlihat sempoyongan (sakit), seharusnya pemotongan hewan ada di RPH, kecuali acara keagamaan sehingga terjamin kesehatan dan keamanan produk asal hewan.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll to Top