Turunkan Harga Daging Sapi, Pemerintah Naikkan Impor Daging Beku

Turunkan Harga Daging Sapi, Pemerintah Naikkan Impor Daging Beku

Sudah hampir dua tahun lebih  pemerintah di pusingkan dengan harga daging sapi yang cukup tinggi, berbagai kebijaksanaan dikeluarkan untuk menekan harga salah satunya adalah menaikkan impor daging  beku.

daging-sapi-2016

Kebijaksanaan ini terlihat selama 6 bulan terahir ini yaitu menurunnya  impor sapi bakalan yang di gemukan oleh feedloter pada kuartal II – 2016 sebanyak 250.000 ekor dari 600.000  ekor kuota pemerintah 2016, padahal kuota tahun 2015 sebanyak 700.000 ekor. Namun anehnya Pemerintah malah menaikkan impor daging beku  27.400 ton dari 125.000 ton untuk tahun 2016 sedang sebelumnya hanya 93.000 ton.

Dalih pemerintah menaikkan impor daging beku adalah untuk menekan harga daging, namun kenyataanya harga tidak kunjung turun justru kebijaksanaan ini hanyalah menguntungkan importer daging.

Kondisi ini memperlihatkan bahwa perencanaan importasi yang dilakukan pemerintah  tidak sesuai dengan rencana, apalagi  impor daging beku akan dilakukan oleh  perusahaan BUMN dan swasta tertentu yang dirasa tak memiliki pengalaman dalam tata niaga daging sapi  di Indonesia.

suasana-seminar-daging-sapi-2016

Demikian disampaikan oleh Ketua Asosiasi Pengusaha Impor Sapi (Aspidi) Thomas Sembiring, dalam diskusi Bincang – Bincang Agribisnis di Jakarta (3/6/16). sbenarnya kebijaksanaan ini tidak memiliki nilai tambah, bahkan merugikan masyarkat, karena daging beku hanya menguntungkan negara pengekspor daging beku,  harusnya masyarakat dan feedloter  diber kesempatan untuk memelihara sapi sehingga mendapatkan nilai tambah, demikian tambahnya.

Pemerintah melihatnya harga daging lokal  Rp 120.000 per kilo dirasa cukup mahal jika dibandingkan dengan daging beku impor yang hanya Rp 75.000 per kilo, tetapi memang jenisnya beda yang dikenal dengan 85CL.

Artinya daging CL ini kandungan lemaknya 15% ditambah dengan air dari dalam daging, karena dibekukan, jadi bila dihitung murni daging sapi tanpa lemak dan tanpa air, hanyalah 75%.

Berbeda dengan daging lokal yang  benar-benar 100% daging murni tanpa adanya lemak dan air, sebab lemak memang sudah dipisahkan saat sapi dipotong di Rumah Pemotongan Hewan, sedang lemak ini dikelompokkan menjadi jenis daging tetelan yang harganya jauh lebih rendah dari pada daging impor, demikian ujar Thomas.

Demikian juga mengenahi pendistribusian, Thomas menambahkan,  menurut peraturan Meteri Pertanian, selama ini daging impor hanyalah untuk kepentingan bahan baku industry daging olahan, hotel, restoran dan catering.

Namun kenyataan daging beku ini masuk ke pasar-pasar tradisional di Jakarta dan sekitarnya, sehingga akan menimbulkan persaingan yang tidak sehat dengan daging sapi lokal.  Selain itu sebagian penduduk akan mudik ke kampung pada saat lebaran nanti, sehingga apabila kebijaksanaan daging murah ini  hanya tersedia di Jakarta, tentu saja kebijakan ini menjadi tidak produktif.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll to Top