PANGKALAN BALAI, KOMPAS — Presiden Joko Widodo mengajak peternak rakyat untuk ikut mewujudkan swasembada daging, dengan cara beternak yang baik dan sesuai dengan cara-cara yang benar. Meskipun tak mudah, Presiden yakin Indonesia mampu mewujudkan swasembada daging.

Presiden mengatakan itu saat mengunjungi kandang sapi milik kelompok peternakan rakyat Sekolah Peternakan Rakyat, di Desa Suka Mulya, Kecamatan Betung, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, Sabtu (6/12). Sekolah Peternakan Rakyat itu merupakan program peternakan sapi rakyat berbasis kedaulatan peternak, melalui pendampingan para profesor dan dosen peternakan dan sosiologi pedesaan dari Institut Pertanian Bogor (IPB).

”Tadi saya sudah lihat cara-cara beternak yang mulai diperbaiki oleh para profesor dan ahli IPB. Dengan cara-cara yang benar dan didampingi, saya yakin peternak akan mampu berproduksi dengan baik. Diharapkan suatu hari negara kita bisa mampu swadaya daging, tak tergantung impor negara lain,” papar Joko Widodo (Jokowi), disambut tepuk tangan meriah para peternak.

Seusai mendengar keluhan peternak, Jokowi memberikan bantuan langsung Rp 220 juta untuk pembelian pejantan kualitas baik (bull), kendaraan pengangkut kotoran ternak untuk produksi pupuk kompos, dan mesin pembuat pakan ternak.

Sekolah Peternakan Rakyat di Banyuasin itu terdiri atas 15 kelompok, dengan anggota sekitar 560 peternak dan sapi lebih kurang 2.500 ekor. Kelompok yang dirintis pada 2013 itu mempunyai kegiatan utama pendidikan peternakan kepada para peternak rakyat yang rata-rata tak berbekal ilmu peternakan.

Jokowi menyatakan akan mengembangkan Sekolah Peternakan Rakyat ke berbagai kecamatan di Indonesia jika program tersebut berhasil. ”Oleh karena itu, saya titip, program ini masih program baru, supaya terus dikembangkan dan didampingi,” kata Jokowi.

Sekolah Peternakan Rakyat di Kabupaten Banyuasin adalah yang pertama dibuka di Indonesia. Saat ini, sudah ada 11 Sekolah Peternakan Rakyat di sejumlah kabupaten.

Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin mengatakan, program sekolah peternakan rakyat itu diharapkan dapat meningkatkan kedaulatan Sumsel di bidang penyediaan daging.

Perintis Sekolah Peternakan Rakyat yang juga ahli pemuliaan ternak dari IPB, Prof Muladno, mengemukakan, pendirian Sekolah Peternakan Rakyat itu dimulai dari keprihatinan banyaknya peternak rakyat yang tak berbekal ilmu peternakan memadai. Peternak rakyat memiliki 98 persen sapi di Indonesia, tetapi mereka rata-rata hanya lulusan SD atau SMP. Padahal, untuk mewujudkan peternakan berdaulat, dibutuhkan pengetahuan peternakan yang baik.

”Peternak sangat ahli dalam praktik, tetapi pengetahuan ilmu peternakan kurang. Sementara kami yang berada di universitas memahami ilmunya, tetapi tak bisa mempraktikkannya. Jadi, di Sekolah Peternakan Rakyat ini, saling bertemu,” kata Muladno.

Selain menerapkan praktik peternakan secara benar, kelompok ini juga memproduksi pakan awetan silase, hijauan fermentasi, dan pupuk kompos. ”Produksi dilakukan pengurus, sedangkan bahan baku dibeli dari peternak,” kata Iskandar Juarsah (44), salah satu anggota Dewan Perwakilan Pemilik Ternak dan Ketua Kelompok Tani Tunas Gembala, di Sekolah Peternakan Rakyat Desa Suka Mulya.

Dua tahun lagiWakil Presiden Jusuf Kalla menargetkan Indonesia bisa swasembada sapi. Dua tahun ke depan, populasi sapi di Indonesia ditargetkan naik satu juta ekor. Hal ini dinilai akan menjadi awal swasembada sapi Indonesia.

Kalla menyampaikan harapan itu pada Sabtu, seusai meninjau Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) di Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Selain meninjau proses inseminasi buatan, ia juga melihat pengelolaan semen (mani) beku BBIB yang sudah diekspor.

”Kita ingin naikkan populasi sapi satu juta ekor. Salah satu caranya dengan inseminasi buatan. Targetnya adalah satu juta ekor dua tahun ini. Diharapkan langsung bisa swasembada,” tutur Kalla.

Kalla mengatakan, swasembada sapi merupakan keharusan bagi Indonesia. Dengan demikian, Indonesia tidak lagi bergantung pada impor.

Sebagai salah satu unit pelaksana teknis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, BBIB Singosari merupakan salah satu pilar untuk mendukung pertambahan populasi ternak di Tanah Air. Sejak berdiri pada 1982, BBIB Singosari memproduksi 34,4 juta dosis semen beku dan mendistribusikan 30,3 juta dosis semen beku, baik ke dalam negeri maupun luar negeri. (ire/dia)

Sumber: KOMPAS, 7 Desember 2014