Sukses beternak memanglah impian semua peternak di dunia, mereka akan berusaha semaksimal mungkin agar peternakannya maju dan berkembang dengan sangat baik. Nyatanya, dengan usaha, keinginan, dan doa yang maksimal, sudah banyak peternak yang sukses sampai saat ini. Baik di dalam negeri sendiri maupun di negeri orang lain. Misalnya saja Peternak Sapi Indonesia, kisah Desyane dan suaminya, Gary berikut ini.
Mereka adalah salah satu penonton setia channel youtube Sapibagus TV dan senantiasa memberikan komentar-komentar positif di setiap tayangan. Peternak Sapi Indonesia bernama, Desyane. Wanita yang lahir dan besar di Kota Bandung ini merupakan lulusan sastra Inggris, Universitas Padjadjaran dan sempat bekerja di sebuah perusahaan produk kecantikan ternama di Bandung selama delapan tahun lamanya. Kini beliau tinggal bersama suaminya di sebuah farm keluarganya yang berlokasi di Provinsi Alberta, Canada.
Peternak Sapi Indonesia Desyane berkenalan dengan Gary yang kini menjadi pasangan hidupnya di akhir tahun 2016, saat Gary tengah berlibur ke Kota Bandung. Gary adalah seorang sarjana Manajemen dari Mount Royal University Calgary, Canada. Beliau lahir dan besar di sebuah kota kecil di Alberta, dimana hampir seluruh penduduknya bertani dan berternak sapi. Gary bercerita bahwa keluarganya memiliki farm di Canada.
Keduanya melangsungkan pernikahan pada tahun 2019 di kediaman Desyane yang berlokasi di Kota Bandung. Acara pernikahan dilangsungkan secara sederhana hanya dengan mengundang keluarga dan tetangga terdekat saja. Delapan bulan setelah melangsungkan pernikahan, Desyane menyelesaikan proses imigrasinya dan resmi menjadi penduduk Canada. Sayangnya, beliau baru bisa terbang ke Canada di awal Maret 2020 karena pandemi corona yang masih mewabah hingga saat ini.
Rupanya, bercocok tanam dan beternak sapi sudah menjadi tradisi turun-temurun bagi keluarga Gary. Hal ini sudah dilakukan selama lebih dari 100 tahun, dimulai dari kakek buyut Gary yang bermigrasi dari Skotlandia ke Canada untuk memulai hidup baru. Awalnya, Gery sempat bekerja di sebuah perusahaan bisnis marketing dan sempat juga bekerja di perusahaan penggalian gas dan minyak bumi di Canada. Namun, sekarang Gary memilih untuk fokus mengelola dan mengurus farm sama seperti mendiang kakek buyutnya.
Gary tumbuh di lingkungan farm, sehingga beliau paham betul masalah sapi karena sudah terbiasa membanti orangtuanya di farm sejak usia anak-anak. Berbeda dengan Desyane yang tumbuh di pusat Kota Bandung yang sama sekali tidak tahu-menahu perihal bercocok tanam dan beternak sapi. Ayahnya adalah seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan ibunya seorang Ibu Rumah Tangga (IRT) yang berwiraswasta.
Saat pertama kali datang ke Canada, Desyane sempat dikejutkan dengan suhu dingin kota tersebut yang bisa mencapai minus 40 derajat celcius, bahkan lebih. Sangat berbeda dengan Kota Bandung, yang suhu dinginnya hanya sekitar 17 – 18 derajat celcius dan itupun tidak terjadi setiap hari. Hal ini pun sempat membuat Desyane berkali-kali jatuh sakit.
Selain itu, Desyane juga dikejutkan dengan ukuran sapi di Canada yang menurutnya sangat besar, memiliki rambut, dan berwarna coklat atau merah terang. Beliau sempat kebingungan dan bertanya-tanya, mengapa sapi-sapi di Canada berbeda dengan sapi-sapi yang sering ia lihat ketika Idul Adha di Indonesia seperti jenis sapi Brahman. Saat itu, pemahamannya perihal sapi memang masih sangat minim.
Beruntungnya, hampir setiap hari selama setahun lebih semenjak beliau tinggal di Canada, suami dan mertuanya bersedia mengajari dan membimbing Desyane perihal beternak sapi dengan sangat sabar. Hingga akhirnya, saat ini Desyane sudah mulai paham soal jenis-jenis sapi, pakan, proses melahirkan, dan tentu saja sudah banyak tau soal karakter mereka. Bahkan, membantu mengurus sapi sudah menjadi bagian dari kegiatan sehari-hari Desyane. Beliau bertugas mengecek sapi-sapi setiap minggu, memberi pakan saat musim salju tiba, belajar menyusun pembukuan sapi, bahkan sampai membantu proses melahirkan. Meskipun, hampir semua sapi dapat melahirkan dengan sendirinya, tetapi pasti ada saja yang perlu dibantu.
Saat ini, farm milik keluarga Gary tersebut sudah memiliki sekitar 100 ekor sapi betina yang akan melahirkan setiap tahunnya dan 4 ekor sapi jantan yang biasa disebut bull, keempat sapi ini terdiri dari dua ekor purebreed Red Angus dan 2 ekor purebreeds Charolais. Mereka akan tetap menjaga jumlah sapi di kandang sebanyak 100 ekor dan akan menjual sisanya. Lazimnya, mereka menjual semua pedet jantan yang berusia sekitar 8-9 bulan dan juga menjual sebagian dari sapi betina.
Seratus ekor sapi betina tersebut akan digembalakan bebas di padang penggembalaan milik keluarga Gary dengan lahan seluas 300 hektar, dan ada sekitar 400 hektar lahan lagi yang digunakan untuk menanam gandum, canola, oat, dan lain sebagainya. Lahan seluas 300 hektar tersebut dibagi menjadi beberapa bagian dan setiap bagian dari padang rumput tersebut harus memiliki rumput yang cukup, pepohonan untuk sapi berteduh dan beristirahat, dan tentunya sumber air berupa danau kecil.
Ketika rumput di satu bagian sudah mulai menipis, sapi-sapi akan dipindahkan ke bagian lain terlebih dahulu dan begitu seterusnya sampai musim dingin tiba dan mereka dimasukkan ke dalam kandang, keluarga Gary dan Desyane lah yang akan datang memberi pakan pada mereka.
Dengan begini, Gary dan Desyane memiliki harapan untuk bisa memperluas farm dan memperbanyak populasi sapinya karena saat ini, farm mereka masih tergolong sangat kecil dan masih banyak farm keluarga lain dengan luas ribuan hektar dengan populasi mencapai 500 ekor sapi lebih. Mereka juga berharap suatu saat bisa membuka lowongan pekerjaan dan merekrut sahabat Peternak Sapi Indonesia untuk bekerja sekaligus berbagi ilmu di sana, supaya bisa menjadi bekal saat peternak-peternak tersebut pulang ke Indonesia untuk beternak sapi dan memajukan potensi peternakan sapi Indonesia.
Untuk informasi lebih lanjut silahkan hubungi Sapibagus farm di contact person disini. Kunjungi channel Youtube kami disini untuk melihat vidio informatif lainnya.