Mengetahui kebuntingan sapi sejak dini dengan Progesteron Paper Strip

Swasembada sapi masih menjadi persoalan dalam industri peternakan nasional. Ketersediaan sapi tidak berimbang dengan meningkatnya kebutuhan daging sapi di masyarakat. Sehingga, percepatan populasi ternak menjadi upaya dalam mencapai target swasembada sapi.

INDUKAN SIEMENTAL
INDUKAN SIEMENTAL

I Komang Wiarsa Sardjana, Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, Surabaya yang memberikan solusi untuk mengetahui kebuntungan dini pada ternak menggunakan Progesteron Kit dalam upaya percepatan populasi ternak.

 

Tujuan awalnya dari inovasi ini, dituturkan Komang berlandaskan pada keinginan untuk memasyarakatkan pola pengembangan ternak di Indonesia dengan teknologi. Inovasi ini dikembangkan dari melihat apa yang digunakan pada reproduksi manusia. “Kalau wanita telat menstruasi, berarti hamil yang diketahui dengan test pack. Sementara ternak dapat diketahui dari kadar hormon progesteronnya, jadi peternak dapat mengetahui bunting atau tidak sapinya setelah 21 hari dikawinkan dengan mengambil air susu atau darahnya,” terangnya kepada TROBOS Livestock.

Diagnosa kebuntingan dini ini diperlukan setelah perkawinan, untuk mengidentifikasi lebih awal ternak yang tidak bunting, sehingga waktu yang berkurang akibat infertilitas bisa dikurangi. Menurutnya, diagnosa kebuntingan dini dapat dijadikan sebagai jaminan ternak yang akan dijual atau diasuransikan dan mengurangi kerugian yang harus dialami peternak.

 

Deteksi Kebuntingan dengan Hormon Progesteron

Selama ini, Komang memaparkan peternak di lapangan hanya mengetahui ternaknya bunting tanpa meminta jaminan kawin kembali setelah perkawinan yang gagal. Kondisi tersebut  sangat tidak efesien untuk peternak, sehingga diperlukan teknologi yang lebih tepat. Salah satunya dengan diagnosa kebuntingan dini secara imunologi melalui pengukuran kadar hormon progesteron.

Lanjutnya, analisis hormon progesteron merupakan cara yang tepat untuk menentukan status reproduksi ternak. Analisis ini mutlak diperlukan sebagai sarana tes kebuntingan dini pada ternak. Dengan mengetahui kadar hormon secara tepat, maka kegagalan maupun hambatan dalam pelaksanaan teknologi Inseminasi Buatan (IB)  maupun Embryo Transfer (ET) dapat segera diantisipasi untuk menghindari kerugian bagi para peternak.

 

Deteksi kebuntingan dengan progesteron belum dilaksanakan secara cepat di lapangan disebabkan beberapa faktor, diantaranya pemeriksaan harus dilaksanakan di laboratorium, mahalnya harga kit dan sulitnya mendapatkan bahan-bahan untuk keperluan pemeriksaan hormon tersebut.

 

INDUKAN METAL
INDUKAN METAL

Dalam perjalannya, ada beberapa metode yang ditemukan untuk mendeteksi kadar hormon progesteron. Radio Immunoassay (RIA), merupakan salah satu metode dalam menentukan kadar hormon, baik melalui serum darah maupun air susu. Namun, dalam penggunannya harus cermat dan hati – hati mengingat bahan radio aktif yang digunakan dapat membahayakan bagi kesehatan manusia. Selain itu dari segi ekonomi penggunaan RIA membutuhkan biaya yang relatif mahal. Kemudian ada penggunaan Enzyme Immunoassay (EIA), yang prinsipnya didasarkan pada Immunoflurosens. Enzim ini digunakan sebagai penanda dalam immunoassay.

 

Progesteron Paper Strip

Sementara Komang menjelaskan, pengembangan inovasi yang dilakukan menggunakan ProgesteronPaper Stripdiharapkan mampu menjadi titik tengah dalam guna meningkatkan jumlah populasi. ProgesteronPaper Strip ini merupakan suatu upaya pengembangan metode baru dari metode yang telah ada dengan menggunakan RIA maupun EIA.

 

 

Selengkapnya baca di majalah TROBOS Livestock Edisi 209/Februari 2017

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll to Top