Perayaan Lebaran Sapi Di Boyolali Jawa Tengah

Lebaran Sapi Di Boyolali Bukan hanya manusia, di Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah, sapi-sapi juga turut bermaaf-maafan saat lebaran. Tradisi lebaran sapi ini sudah dilakukan secara turun-temurun setiap bulan Syawal oleh masyarakat lereng Gunung Merapi sebagai wujud syukur mereka atas sapi-sapi mereka yang telah berkembangbiak dan menjadi sumber ekonomi.

Dilansir dari Tempo.co – Sejumlah warga di kaki Gunung Merapi, Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah membawa sapi-sapi milik mereka pada Kamis (21/5/2021). Sapi-sapi ini akan diarak keliling kampung untuk mengikuti upacara tradisi bulan Syawal atau Lebaran Ketupat.

Tradisi Lebaran Sapi Di Boyolali ini diawali dengan melakukan doa bersama dan dilanjutkan dengan acara makan kenduri di sepanjang jalan utama desa. Setelah doa dan makan kenduri selesai, para warga akan pulang kerumah dan membawa ternaknya untuk berkumpul di jalan utama desa. Proses tradisi ini diikuti oleh seluruh warga desa yang memang mayoritas berprofesi sebagai peternak sapi dan kambing. Meski sudah bertahun-tahun berlalu, tradisi ini tetap dilestarikan oleh masyarakat desa dengan harapan warga akan dijauhkan dari segala macam bencana.

Biasanya tradisi Lebaran Sapi Di Boyolali akan dilakukan serentak di seluruh desa, para warga akan membawa sapinya berkeliling desa dan bertemu dengan sapi-sapi milik warga lain. Namun, karena situasi pandemi yang sedang terjadi, festival ini dilaksanakan hanya di wilayah RT masing-masing saja. Sapi-sapi yang biasanya berjumlah hingga ratusan pun, kini hanya diperbolehkan sekitar 20 – 30 ekor saja, guna mencegah terjadinya virus Covid-19.

Puluhan sapi ini akan diarak berkeliling desa dengan diiringi musik gamelan khas Jawa. Pada waktu inilah, para warga beserta ternaknya akan bertemu satu sama lain dan saling bermaaf-maafan. Jenis sapi yang dibawa oleh warga Desa Sruni mayoritas adalah Friesian Holstein dan Persilangan Limousin atau Simmental.

Uniknya, sapi-sapi milik warga ada yang dipakaikan masker untuk mematuhi protokol kesehatan yang sudah ditetapkan. Para warga juga tetap menerapkan protokol kesehatan dengan memakai masker dan menjaga jarak alias tidak berkerumun.

Lazimnya, tradisi ini dilaksanakan seminggu setelah lebaran atau bertepatan dengan kupatan. Maka tradisi juga kerap kali disebut sebagai bakdo kupat atau lebaran kupatan. Meski tahun ini hanya ada puluhan ekor sapi saja dan dilaksanakan dengan sangat sederhana, tradisi kali ini tetap tampak meriah dengan sapi-sapi yang diberi kalung ketupat dan beberapa warga yang menunggangi sapinya.

Sebelum pandemi Covid-19, para warga biasa membawa gunungan ketupat sebelum mengajak sapi-sapinya berkeliling desa. Tradisi khas Boyolali ini pun menyita banyak perhatian warga setempat, bahkan warga di luar daerah Boyolali. Mereka percaya bahwa pada hari itu Kanjeng Nabi Sulaiman akan memeriksa hewan-hewan ternak milik warga desa, maka dari itu mereka membawa ternaknya berkeliling desa.

Untuk informasi lebih lanjut silahkan hubungi Sapibagus farm di contact person disini. Kunjungi channel Youtube kami disini untuk melihat vidio informatif lainnya.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll to Top