Galaunya Harga Daging Sapi

Kenaikan  harga daging sapi semakin tak terkendali karena beberapa hal:

–       Kenaikan permintaan sekitar 11 % pertahun

–       Pembatasan kuota impor bakalan sapi dan daging sapi dari Australia, penurunan berkisar 60% sejak tahun 2010

–       Pasokan sapi lokal hanya mampu meningkat 10% pertahun

–       Tingginya harga bakalan sapi import berkisar 33.000 per kilo  dan Tingginya harga bakalan sapi lokal berkisar 35.000 per  kilo timbangan hidup

–       Jarak cukup jauh antara sentral produksen sapi (Sulsel, NTT, NTB,Bali, Jati, Jateng) dengan sentral konsumen sapi (Jabar, DKI, Banten) sehingga biaya pengangkutan dan  resiko penyusutan berat sapi cukup tinggi.

Sisi negatif kenaikan harga daging sapi

–       Menurunnya omset penjualan bakso, pedagang daging, rumah pemotongan

–       Kapasitas kandang Peternak besar (fitloter) sebagian besar nganggur atau hanya 30% terisi. Akibat terbatasnya pasokan impor bakalan sapi dan bakalan sapi lokal.

Sisi positif kenaikan harga daging sapi

–       Peternak baru skala kecil berminat memelihara sapi, sehingga bisa meningkatkan populasi sapi

–       Peternak kecil semakin bergairah karena mendapat keuntungan yang lebih jika dibanding sebelumnya. Sehingga bias meningkatkan daya beli.

–       Pedagang sapi (blantik) mendapat keuntungan lebih.

Cara menstabilkan harga daging sapi

–       Pemerintah perlu menambah pasokan bakalan sapi impor (bukan daging impor) yang jumlahnya sama dengan tahun 2011. Karena proses pengemukan ada di lokal.

–       Perbaikan tata niaga perdagangan sapi, dari jogrokan (taksiran)  ke timbangan hidup

–       Mendekatkaan sentra produksen sapi ( penggemukan) ke konsumen sapi (terutama di Jabar dan Banten).

–       Perbaikan infrastruktur perdagangan sapi: pasar hewan, pengangkutan (kapal, kereta) dan percepatan realisasi tol trans java.

–       Pemberian pinjaman bunga murah (subsidi) pada peternak pembibitan sapi (birding) bertujuan untuk meningkatkan populasi sapi

 

Edy Wijayanto- Praktisi peternak sapi potong-tapos

Scroll to Top