Faktor Pembatas Pada Bahan Pakan Ternak Sapi Potong

Pada seminar pelatihan formulasi pakan sesi ke 4 diisi oleh Prof. Dr. Ir. Nahrowi, MSc yang menjelaskan faktor pembatas pada bahan pakan. Tingkat kecernaan, konsumsi dan efisiensi penggunaan nutrisi bahan pakan asal limbah atau hasil sisa tanaman dipengaruhi oleh tingkat kandungan berbagai senyawa kimiawi yang bersifat penghambat (inhibitor). Pada bahan pakan asal tanaman pangan faktor penghambat didominasi oleh kelompok senyawa fenolik polimer seprti lignin yang terdapat di dalam dinding sel.

pakan-hijauan-320x180Faktor penyebab pembatasan bahan pakan antara lain:

Zat Anti nutrisi
Selain memperhatikan kandungan gizinya, dalam memilih bahan pakan perlu juga mempertimbangkan kandungan zat antinutrisi (racun) dalam bahan pakan ternak tersebut. Zat-zat antinutrisi yang dapat membahayakan dan mengganggu kesehatan ternak di antaranya adalah asam sianida, asam sitrat, asam oksalat, gosipol, mimosin, coumarin, alfatoksin,alkaloid, dan tannin.

1. Asam sianida (HCN), umumnya terdapat pada rumput budi daya, misalnya rumput gajah, rumput benggala, rumput setaria, dan rumput brachiaria. Selain itu, asam sianida juga terdapat pada tanaman leguminosa, seperti gamal dan tanaman pangan, misalnya daun singkong. Cara mengurangi pengaruh negatif HCN terhadap kesehatan ternak adalah dengan menambah unsur sulfur (S) atau vitamin B-12.

2. Asam sitrat terdapat pada hampir semua bahan pakan ternak, terutama pada bagian daun tanaman makanan ternak. Pakan ternak yang mengandung asam sitrat 2% sudah membahayakan bagi ternak. Batas toksisitas ternak ruminansia terhadap asam sitrat adalah 1 g NO3/kg bobot badan.

3. Asam oksalat banyak dijumpai di dalam tanaman, termasuk tanaman hijauan pakan ternak, terutama bagian daun. Salah satu hijauan pakan ternak yang mengandung asam oksalat tinggi adalah rumput setaria sp.

4. Gosipol umumnya terdapat dalam biji-bijian, seperti biji kapas dan biji kapuk. Selain itu, gosipol juga terdapat pada bagian tanaman, seperti batang, daun, benang sari, dan kulit akar. Racun gosipol dapat dihilangkan dengan jalan ekstraksi (isopropanol).

5. Mimosin terutama terdapat pada daun dan biji lamtoro. Pemberian lamtoro yang banyak dan terus-menerus dalam waktu yang lama dapat menimbulkan keracunan dan gangguan kesehatan pada sapi. Pemberian lamtoro pada ternak ruminansia sebaiknya dicampur dengan rumput atau hijauan lain. Disarankan pemberian lamtoro tidak lebih dari 40% dari total ransum.

6. Coumarin merupakan zat yang rasanya pahit dan terdapat pada tanaman, terutama bagian daun dan batang. Salah satu tanaman pakan ternak yang mengandung coumari adalah gliricidia (gamal).

7. Alfatoksin terutama terdapat pada bungkil kelapa dan singkong. Zat ini dapat menimbulkan keracunan dan menurunkan produktivitas ternak. Keracunan alfatoksin dapat dihindari dengan melakukan penyimpanan pakan yang baik.

8. Alkaloid merupakan karohidrat dengan sedikit unsur nitrogen. Zat ini umumnya terdapat dalam umbi-umbian. Derajat keracunannya tergantung dari macam alkaloidnya, konsentrasinya, dan ketahanan masing-masing jenis ternak. Keracunan alkaloid dapat dihindarkan dengan cara memasak bahan pakan sebelum diberikan kepada ternak.

9. Tanin terdapat pada hijauan pakan ternak, seperti kaliandra, sorghum, umbi, dan kacang-kacangan. Tanin dapat menimbulkan penurunan palatabilitas dan penurunan pencernaan protein. Kadar tanin 0,3% dalam pakan ternak sudah dapat menimbulkan gangguan tersebut.

 

Berjamur
Bahan baku pakan, terkait dengan kualitas bahan baku pakan yang dipergunakan, jika tidak memenuhi standar kualitas yang dipersyaratkan tentunya akan berakibat terganggunya pencernaan.
Mikotoksin

Di negara tropis seperti Indonesia, kontaminasi mikotoksin sangat sulit untuk dihindari karena kondisi iklim dengan tingkat kelembaban, curah hujan dan suhu yang tinggi sangat mendukung pertumbuhan jamur penghasil mikotoksin. Indonesia beresiko tinggi terhadap ancaman mikotoksin karena metabolit sekunder jamur ini diproduksi pada kondisi lingkungan yang lembab (kelembaban di atas 70%) dan suhu antara 34-40°C (optimal 25-32°C). Selain itu, bahan pakan dengan kadar air di atas 15% dan banyaknya porsi broken seed (biji pecah) sangat potensial untuk ditumbuhi jamur.

jagung-terkena-alfatoksin

Mikotoksin akan semakin banyak diproduksi oleh jamur jika terjadi perubahan suhu, pH dan kelembaban secara mendadak. Mikotoksin juga memiliki sifat kimiawi yang sangat stabil. Bahkan terhadap perlakuan panas, penyimpanan dan sama sekali tidak terdegradasi saat memproses ransum.

Keberadaan mikotoksin pada ransum dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1. Faktor biologi yaitu biji-bijian yang telah tercemar jamur penghasil toksin
2. Faktor lingkungan, meliputi suhu, kelembaban dan kerusakan biji oleh serangga
3. Pemanenan, termasuk tingkat kemasakan biji, suhu, kelembaban, pendeteksian dan pemipilan biji
4. Penyimpanan, antara lain suhu dan kelembaban ruang simpan, pendeteksian dan pemisahan biji yang tercemar
5. Pemrosesan seperti pengeringan dan sortasi biji

Akses
Diakibatkan penyimpanan terlalu lama dan bahan pakan yang banyak mengandung air. ini terkait juga dengan kondisi kemasan yang sudah mengalami bongkar muat sejak dari feedmill, delivery ke gudang peternak, kemudian ke kandang/farm. Ditandai dengan kondisi pakan yang sudah bau apek dan ada kutunya. Jika kondisi pakan sudah kadaluwarsa diberikan ke sapi, maka akan berakibat gangguan pencernaan.

Penyimpanan
Jika gudang yang digunakan tidak memenuhi standar, misalnya suhu dan kelembaban tidak standar, atap bocor waktu hujan, maka pakan yang disimpan akan cepat rusak, ditandai dengan kondisi pakan yang menggumpal dan berjamur, dan jika dipaksakan untuk dikonsumsi oleh ternak, maka akan berakibat gangguan pencernaan.

Hampir semua peternak menambah umur simpan dengan cara dikeringkan , namun hal tersebut dapat merubah kualitas. Untuk sekarang ini bs digunakan fermentasi teknologi silase.

Pembuatan-Pakan-Sapi

Pengaruh soluble pnp yang tidak mengikuti standar akan mengakibatkan Viskositas kekentalan, organ pencernaan membesar, laju aliran lebih lama, Penyerapan menurun. Pengaruh lainnya hewan mudah stres, Rentan penyakit, Postur tubuh tidah wajar, Bentuk tubuh tidak proposional

Solusi

1. Nsp enzym
pencernaan yang dilakukan oleh enzim-enzim pencernaan. Pada pencernaan hidrolitik ini polimer dipecah menjadi monomer, misalnya karbohidrat dipecah menjadi glukosa, atau protein dipecah menjadi asam amino.

2. Phytases
Hampir semua tanaman mempunyai aktivitas phytase namun jumlah dan aktivitasnya sangat bervariasi cukup besar antar tanaman. Enzime hydrolitik yang menguraikan asam phytat dihasilkan oleh berbagai macam mikroorganisme.

3. Anti jamur
Menggunakan bahan pakan aditif adalah bahan yang ditambahkan kedalam ransum dengan jumlah sedikit dengan tujuan tertentu. Adapun hubungan antara bahan pakan dengan bahan aditif ini adalah bahwasanya bahan aditif digunakan untuk meningkatkan kualitas produk

4.Pengikat toksin
Kontrol terhadap mikotoksin sangat penting dilakukan terutama bagi produsen peternakan dan pabrik pakan. Kontrol terhadap timbulnya jamur dapat dilakukan dengan menjaga kadar air di dalam pakan rendah, menjaga pakan selalu segar serta menjaga peralatan agar tetap bersih.

Biji-bijian yang telah dikeringkan harus disimpan di tempat yang kering dimana kadar airnya kurang dari 14 % untuk mrncegah tumbuhnya jamur.Aliran udara atau venttilasi yang baik pada tempat penyimpanan pakan (biji-bijian) Penting untuk mengurangi kadar air dan menjaga agar bahan pakan tetap kering.

Dan penghambat jamur antaranya Asam organik atau kombinasi beberapa asam-asam organik (Propionat, sorbat, benzoat, dan asam asetat), Garam dari asam organik (contohnya : kalsium Propionat dan potasium sorbat), Tembaga sulfat . Bahan-bahan kimia ini baik bentuk padat ataupun cair cara kerjanya sama dan menyebar rata keseluruh paka. Umumnya bentuk asam lebih efektif dibanding bentuk yang lainnya.

Setiap bahan pakan punya faktor pembatas yang perlu di atasi dalam upaya menoptimalkan pemakaian dalam ransum, penggunaan feed additive dan suplemen sangat penting untuk meningkatkan profit dan mengurangi dampak strees karena lingkungan, teknologi ensilase perlu ditingkatkan penerapannya dalam mendukung konsep ketahanan bahan pakan.

Konsentrat-Pakan-Sapi-Potong

Semakin tinggi sumber protein pada proses silase semakin gagal , harus di tambahkan zat karbon.kadar air 40-60% cocok untuk silase. Ph silale yang baik 3 -3,5. Bahan baku yang basah pada saat musim hujan buat silase tidak masalah karena untuk menjaga pada musim kemarau kekurangan hijauan segar

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll to Top