Bungaran Saragih Konsisten Menentang Impor Daging Dari India

Pemerintah membuat target harga daging sapi saat lebaran nanti di kisaran Rp 87.000. Namun menurut kalkulasi harga dari kalangan peternak lokal dan perusahaan penggemukan sapi impor hal itu sepertinya tidak mungkin menjual dengan harga tersebut.

workshop-realita-di-luar-kandang-muladno

Satu-satunya jalan untuk menekan harga yang ditargetkan oleh Pemerintah adalah dengan mendatangkan daging sapi dari India, selain dekat letak geografisnya dengan Indonesia, harganya juga sangat murah yaitu sekitar Rp  65.000,- perkilogramnya.

Realisasi impor daging dari India tersebut, sudah diamini oleh Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Dr. Muladno, saat peluncuran bukunya yang berjudul Realita di Luar Kandang Jilid II, di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Rabo (4/5/16).

Rencana impor daging dari India tersebut ditentang oleh Prof. Bungaran Saragih, mantan Menteri Pertanian di era Pemerintahan Presiden Megawati. Ada beberapa alasan atas penolakan itu, pertama: akan sangat merugikan untuk  peternak sapi lokal, karena dengan harga daging murah, maka peternak sapi lokal akan sulit bersaing, sehingga akibatnya harga sapi akan turun yang berimbas pada peternak mengalami kerugian.

Dengan demikian peternak sapi tidak tertarik untuk memelihara sapi dan akibatnya pasokan lokal sedikit sehingga ketergantungan impor daging semakin tinggi.

Alasan kedua : sangat membahayakan keberadaan peternak sapi, kambing, domba dan babi di Indonesia, karena menurut organisasi kesehatan hewan dunia (OIE)  negeri India  belum terbebas dari penyakit mulut dan kuku (PMK).

Walaupun  yang di impor ke Indonesia dalam bentuk daging beku, namun virus PMK masih bisa hidup di dalam daging. Bila virus ini menyerang peternak lokal, maka kerugian bukan saja peternak ruminansia tetapi produk pertanian dan olahan daging yang selama ini di ekspor akan ditolak oleh negara peng impor.

Demikian juga sektor pariwisata Indonesia, akan terpukul atas  kejadian ini, karena negara lain akan melarang warganya untuk berkunjung ke Indonesia, hal ini pernah dialami oleh beberapa negara yang pernah terjangkit penyakit PMK, menderita kerugian besar di bidang pariwisatanya.

bedah-buku-muladnoProf.Dr Bungaran Saragih

Bungaran Saragih menceriterakan, pengalaman saat menjabat Menteri Pertanian di tahun 2002, dimana saat itu negara Agrentina sedang terkena wabah penyakit PMK, ketika itu ada importer jagung dari Indonesia yang sudah dalam pengapalan, dengan tegas beliau menolak dibongkar di wilayah Indonesia dan memerintahkan untuk di ekspor kembali, walaupun saat itu harus berargumentasi dengan Presiden Megawati.

Hal ini beliau lakukan karena mengacu dari ketentuan OIE, yang mengatakan bahwa negara yang sudah bebas penyakit PMK dilarang mengimpor pakan ternak dari negara yang masih terjangkit penyakit PMK, demikian tambahnya.

daging-sapi-impor-india-2017Daging Sapi India di jual di pasar Cisalak, Depok Jawa Barat dengan harga Rp.85.000/Kg

Saat di tanya sapibagus dalam diskusi tersebut,  apabila terjadi penularan penyakit PMK dipeternak lokal akibat impor daging dari India, siapa yang harus bertanggung jawab terhadap peristiwa tersebut.

Guru besar Institut Pertanian Bogor ini mengungkapkan bahwa mengingat  zona negara impor ini sudah di undangkan dalam Undang-undang No. 41  tahun 2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan oleh Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat, maka kita semua yang akan menderita dan bertanggung jawab.

Dalam sejarahnya, Indonesia perlu waktu 100 tahun lebih dan memerlukan dana yang cukup besar untuk menjadi negara bebas penyakit PMK, karena itu kita harus sangat hati-hati dan menjaganya, demikian ungkapnya.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll to Top