Berbahagia Berqurban Idul Adha 1437 H

Idul adha adalah momen hari raya Islam (10 Dzulhijjah) yang memberikan makna dan pengertian berupa nilai-nilai pengorbanan yang diangkat dari sejarah dan kisah nabi Ibrahim serta anaknya Ismail.
Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu, dan sembelihlah hewan ( qurban). Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus” (QS. Al-Kausar : 1-3)

Jual-sapi-kurban-jakarta
Qurban (kurban) adalah hewan tertentu yang disembelih bagi manusia untuk menjadi lebih dekat dengan kasih sayang Allah. Dalam fiqh qurban disebut “udhiyya” yang berarti hewan yang disembelih saat Idul Adha. Kami menyebutnya “qurban”.
Yang dimaksud dengan hewan khusus adalah hewan yang diterima menurut syariat gama sebagai korban seperti domba, kambing, sapi dan unta. Yang dimaksud dengan waktu tertentu adalah hari Idul Adha. Dalam hukum islam qurban untuk melakukan ritual wajib di dunia ini dan untuk mendapatkan amal baik (pahala) untuk akhirat .
Pengorbanan (Adha) berarti “mendekatkan diri” dalam kamus yang maksudnya mendekatkan diri pada Allah, mengorbankan harta duniawi demi Allah, tunduk kepada Allah dan bersyukur kepada Allah. Qurban menjadi praktek Islam yang sah pada tahun kedua Hijrah. Qurban dilakukan dengan maksud mendekatkan diri kepada Allah dan hanya demi Allah. Dilarang oleh agama (haram) untuk mengorbankan hewan bagi siapa pun selain Allah. : “Hajinya orang yang tidak mampu (ke tanah suci Makkah) adalah berpuasa pada hari Arafah (9 Zul Hijjah).”.
Maka salah satu bukti bahwa seseorang lulus dari cobaan harta adalah ia dengan ikhlas mau mengunakannya untuk ber-udhiyah (menyembelih hewan). Daging sembelihan (qurban) ini termasuk syiar agama, yakni untuk dimakan, menjamu tamu, diberikan kepada yang meminta (orang miskin) atau yang tidak meminta (orang mampu). Allah berfirman : “Makanlah sebagiannya dan untuk memberi makan orang yang tidak meminta dan orang yang meminta”. (QS. Al-Hajj : 36).
Sementara itu, cobaan besar terhadap sesuatu yang dimiliki manusia pernah dialami Nabi Ibrahim AS. Beliau telah lulus ujian atau cobaan dari Allah. Hal ini terkandung dalam Al-Qur’an : Dan ketika Ibrahim diberi cobaan (bala’) oleh Tuhannya dengan beberapa kalimat (berbagai cobaan) , lalu Ibrahim lulus dalam cobaan itu. Allah berfirman, ‘Sesungguhnya Aku menjadikan kamu hai Ibrahim Imam semua manusia ….. (QS. Al-Baqarah : 124)
Kelulusan Ibrahim tidak hanya dalam melaksanakan perintah Allah, tetapi juga dalam kebijaksanaannya menyampaikan perintah itu kepada anaknya yang sangat dicintainya. Beliau tidak langsung mengambilnya tiba-tiba dan tidak pula mencari kelengahan, atau dengan taktik menculik, teror, dan intimidasi. Meskipun Ibrahim memiliki massa yang banyak, tetapi beliau tidak menggunakan massa agar anaknya bertekuk lutut di hadapannya. Perintah Allah disampaikannya dengan transparan penuh argumentasi Ilahiah.
Sedangkan Ismail, anak yang patuh dan mengerti kedudukan orang tuanya dan posisinya sebagai anak, ia tidak membangkang dan tidak bimbang. Ismail memberikan jawaban yang memancarkan keimanan, tawaddu’, dan tawakkal kepada Allah, bukan untuk menonjolkan kepahlawanan atau kegagahan, mencari popularitas. Ia tidak melakukan unjuk rasa yang konfrontatif tanpa mengindahkan akhlakul karimah atau dengan kekerasan untuk memprotes kehendak bapaknya.

Sungguh dua tokoh bapak dan anak ini merupakan uswah hasanah bagi umat manusia. Bahkan syariat Nabi Muhammad SAW merupakan syariat yang dulunya telah diwahyukan Allah kepada Ibrahim (Asy-Syura : 13). Maka kita menyembelih hewan qurban (udhiyah) di hari ‘Idul Adha ini termasuk meneladani sunnah Ibrahim, sebagaimana sabda Nabi SAW : “Sunnatu abikum Ibrahim.” (Sunnah bapakmu Ibrahim) (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).

Idul Adha dengan berkurban memiliki makna yang penting dalam kehidupan. Makna ini perlu kita renungkan dalam-dalam dan selalu kita kaji ulang agar kita lulus dari berbagai cobaan Allah. Makna berkurban yaitu :

Yang Pertama, makna berkurban adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT. “Berkurban” itu berarti kesunggguhan manusia dengan menyerahkan segalanya kepada Allah Sang Pencipta. Seperti misalnya Nabi Ibrahim yang telah mengikhlaskan Putranya (Nabi Ismail) yang sesungguhnya sangat beliau cintai, dengan perintah Allah maka beliau rela untuk mengurbankan putranya tersebut, hal ini tentunya merupakan wujud dari penyerahan dirinya kepada Allah SWT.

pemotongan-hewan-qurban

Yang Kedua, dengan cara berkurban manusia tersebut diajarkan untuk berbagi kepada para mukmin lain, yang pastinya mereka kurang mampu. sepeti misalnya yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa Allah SWT selalu mempunyai alasan yang sangat kuat untuk memerintahkan para hambanya (manusia) untuk berkurban. Dengan adanya kurban ini kaum muslim yang kurang mampu juga ikut merasakan bagaimana indahnya islam dengan adanya hari kurban tersebut.

Yang Ketiga, dengan berkurban keikhlasan dari manusia itu pastinya diuji, diuji dari sifat rakus dan tamak akan harta dunia yang mereka senangi. Kurban itu berarti memberikan apa yang telah kita cintai (duniawi) serta apa yang kita sayangi, dalam hal ini adalah harta yang kita miliki, yakni dengan cara berkurban tersebut.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll to Top