Arah Kebijakan Ekonomi Pemerintah Dalam Pasokan Daging Sapi

Berikut makalah tentang Arah Kebijakan Ekonomi Terkait Penyediaan dan Pasokan Daging Sapi yang disampaikan oleh  Musdhalifah Machmud, selaku  Deputi Bidang Pangan dan Pertanian Kementrian Koordinator  Perekonomian,pada : Munas  I Gabungan Asosiasi Pengusaha Sapi Potong (GAPUSPINDO) di Lampung (17/02/16).

seminar.-gapuspindo-2016
Acara seminar. Meningkatkan produktifitas sapi potong.

Terdapat dua permasalahan utama pada sektor peternakan sapi potong di Indonesia

  1. Produksi Domestik Tidak Mencukupi Kebutuhan (Supply < Demand)

Predeksi konsumsi daging sapi perkapita tahun 2016 sebesar 2,61 kg/tahun, jadi harus disediakan sebanyak     674.690 ton. Dari kebutuhan tersebut, pasokan daging sapi dari dalam negeri hanya mampu  441.761 ton/tahun sehingga kekurangan pasokan mencapai 232.929 ton/tahun yang akan dipenuhi melalui impor. Rantai distribusi yang panjang dari peternak sapi sampai rumah pemotongan hewan, mengakibatkan harga daging sapi tinggi di pasaran.

  1. Terjadi Kelangkaan di Pasar

Kondisi populasi sapi  lokal yang lamban tidak mampu memenuhi kenaikan kebutuhan, sehingga perlu mendatangkan pasokan dari luar negeri.  Selama ini pasokan bakalan sapi terbatas  jumlah penyedia hewan dan produk hewan dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan domestik berdampak pada terbatasnya peluang Pemerintah untuk memperoleh harga yang yang kompetitif.

Melihat kondisi demikian  Pemerintah  perlu memperluas akses pemasukan hewan dan produk hewan dari negara maupun zona tertentu yang telah memenuhi syarat kesehatan hewan dan teknis pemasukan.

Berikut  Kebijaksanaan Pemerintah dalam  Penyediaan dan Pasokan Daging Sapi, antara lain:

  1. Peningkatan populasi sapi potong melalui program “Gertak Birahi dan Inseminasi Buatan (GBIB), integrasi sapi-tanaman, pemasukan sapi indukan dari luar.
  2. Pengembangan logistik dan distribusi.
  3. Perbaikan tata niaga dan daging sapi melalui penerapan kartu ternak, sistem informasi harga dan penimbangan ternak di pasar ternak, dan pembangunan/rehabilitas RPH.
  4. Penguatan kelembagan melalui “Sentra Peternakan Rakyat” dimana satu sentra tersebut terdapat 1.000 ekor indukan, 100 ekor pejantan dan 500 peternak yang memanfaatkan sumber daya lokal untuk menghasilkan beragam produk.
  5. Pemenuhan kebutuhan daging melalui pemasukan sapi bakalan sebanyak 200.000 ekor pada triwulan I dan 150.000 ekor pada triwulan II tahun 2016 dan tahun 2016 diperkirakan diperlukan pemenuhan 600.000 ekor sapi.

Harapan Terhadap Pelaku Usaha Sapi Potong di Indonesia

1.Meningkatkan jumlah dan skala usaha penggemukan (fattening) sapi oleh peternak lokal dengan bahan baku sapi bakalan berkualitas.

2.  Meningkatkan skala usaha pembibitan (breeding) sapi guna penyediaan bibit yang cukup dan berkualitas. Melakukan kerjasama/kemitraandengan perusahaan perkebunan BUMN dan swasta yang meliputi:  pemanfaatan lahan perkebunan untuk integrasi usaha sapi-sawit dan pemanfaatan limbah hasil perkebunan  untuk produksi pakan ternak.

3.Mengembangkan usaha sapi perah dalam rangka penyediaan susu dan daging sapi dalam negeri

4.Melakukan terobosan dalam memanfaatkan pangsa ekspor daging sapi melalui hasil penggemukan sapi bakalan impor di Indonesia.

5.Edukasi mindset  konsumen dalam konsumsi daging beku dengan rantai dingin di RPH yang hygiene.

6.Peningkatan  akses pemasukan sapi  bakalan  dari berbagai Negara/zona  yang memenuhi  persyaratan  kesehatan hewan guna mengurangi ketergantungan dari negara eksportir dan persaingan harga.

7.Untuk pelestarian plasma nutfah ternak lokal agar tidak melakukan pembelian dan pemotongan terhadap sapi betina dan sapi perah produktif serta pemotongan sapi yang telah sesuai umur panen.

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll to Top