5 jurus pemerintah yang gagal turunkan harga daging sapi
Target Presiden Jokowi untuk turunkan harga daging sapi menjadi Rp 80.000 perlu kita hargai, karena dengan murahnya harga daging sapi, akan menambah banyaknya masyarakat untuk mengkonsumsi.
Usaha untuk menurunkan harga tersebut sudah berjalan satu tahun, namun hasilnya tidak seperti yang diharapkan, bahkan saat lebaran melonjak sampai Rp 140.000. Berikut 5 jurus Pemerintah untuk menurunkan harga daging sapi:
Jurus Pertama:
Menambah kran impor daging sapi.
Menteri Perdagangan mengatakan bahwa, saat ini sudah terkumpul 27.400 ton daging sapi dari berbagai negara. Australia adalah pemasok utama daging sapi mentah dan potong saat ini. Ia mengatakan ada dua-tiga negara lain yang ikut memasok daging sapi tahun ini.
Saat ini 1.800 ton sudah sampai, sudah dipak dan diecer. Ini akan terus berjalan secara bertahap,” kata Lembong. Ia mengatakan pada masa mendatang tak tertutup kemungkinan dibuka kesempatan bagi negara lain yang akan memasok daging ke dalam negeri (tempo.com 31/05/16).
Kedua:
Pemerintah melakukan operasi pasar dengan menjual daging impor ke pasar-pasar tradisional di beberapa kota besar.
Operasi pasar daging sapi lokal mulai digelar di Pasar Beringharjo dengan harga sekitar Rp 90 ribu per kilogram pada Kamis pagi, 9 Juni 2016. Petugas Bulog akan menjual daging sapi di Kios Segoro Amarto, Pasar Beringharjo. Kios itu berada di lantai 1 pintu masuk Pasar Beringharjo sebelah timur (tempo.com 8/6/16).
Penjualan daging impor ke pasar tradisional ini adalah bertentangan dengan peraturan sebelumnya, dimana daging impor dijual hanya untuk industri olahan, perusahaan katering, hotel dan restoran.
Ketiga: Impor Daging Kerbau dari India.
Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman mengungkapkan, pemenuhan kebutuhan akan protein menjadikan alasan pemerintah untuk melakukan aksi impor daging kerbau dari India.
Jangan kita sampaikan ke publik bahwa protein itu bukan sapi saja, jangan perbincangan masalah kerbau atau sapi tapi memenuhi kebutuhan protein dalam negeri,” tambahnya. (okezone 12/7/16).
Keempat:
Membuka kran impor jeroan daging sapi.
Masyarakat Indonesia termasuk penggemar jeroan sapi. Itulah mengapa tingkat permintaan jeroan sapi sangat tinggi. Atas alasan ini, pemerintah akhirnya membuka keran impor untuk jeroan sapi. Menteri Perdagangan, Thomas Lembong, mengatakan impor dilakukan untuk menekan harga jeroan yang saat ini dinilai tinggi.
Lewat impor, maka pasokan jeroan akan banyak dan tidak dikuasai oleh pihak-pihak tertentu yang bisa mengendalikan harga di pasar. (detik.com 14/7/16). Impor Jeroan pernah ditutup pada tahun 2015, menteri pertanian pernah mengatakan bahwa jeroan itu bukan makan manusia. “Jeroan kita impor.
Itu makanan anjing-kucing di sana (luar negeri). Langsung saya tutup impornya,” ujar Amran di Sukoharjo, Jawa Tengah, Senin (26/1/2015). Amran menegaskan, jika Indonesia ingin dihargai, sebaiknya negara lain jangan mengekspor daging jeroan ke Tanah Air. Dengan penutupan jalur impor jeroan, Amran ingin Indonesia dihormati dan sejajar dengan bangsa lain. (kompas.com 27/1/15).
Kelima:
Mencopot Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Kementerian Pertanian (Kementan), Muladno.
Menteri Pertanian beralasan, bahwa pencopotan pejabat eselon I yang menangani masalah produksi di sektor peternakan menyangkut evaluasi menyeluruh di kementerian yang dipimpinnya. “Evaluasi itu berlaku pada seluruh lapisan. Anda juga kan dievaluasi sama atasannya? Kalau mau maju suatu sistem, itu evaluasinya harus,” kata Amran ditemui di sela-sela kunjungan kerjanya di Mojokerto, Jawa Timur (detik.com 15/07/16). Dirjen PKH baru menjabat 1 tahun, namun dianggap gagal menurunkan harga daging sapi menjadi Rp 80.000.