Program Pembibitan Sapi BX diragukan Keberhasilannya

Program Pembibitan Sapi BX diragukan Keberhasilannya

Berikut makalah yang disampaikan Prof. Trinil Susilawati dari Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang, dalam sarasehan peternak sapi potong se Jawa Timur di Malang (17/03/16).

Sarasehan-kelompok-peternak-sapi-potong-jawa-timur

Di tahun 2016 ini Pemerintah akan mengimport sapi Brahman Cross (BX) betina dalam jumlah yang banyak dan disebarkan ke peternak, dengan harapan  akan berkembang biak dan populasi sapi di Indonesia akan meningkat dan akan tercapai swasembada daging.

Di tahun 2006 Pemerintah membuat program menyebarkan sapi BX ke beberapa kota di Indonesia. Tim Fakultas peternakan melakukan evaluasi keberhasilan pembibitan sapi BX  lain Pasuruhan: Probolinggo, Ngawi, Medan, Kalimantan dan Donggala Sulawesi Utara, hasilnya sapi yang dibagikan kemasyarakat yang mampu bunting kembali hanya 30%.

Sapi-BX-Tegal-2016
Sapi BX di Kandang Mitra Binaan Sapibagus di Tegal

Hasil analisa saat itu adalah adanya aturan yang tidak sesuai yaitu sapi BX betina yang diperbantukan harus di IB menggunakan semen beku sapi Brahman, dipelihara di kandang individu dan diberikan pada peternak yang tidak tersedia tanaman pakan yang mencukupi.

Sapi Impor Siap Potong di Rumah Pemotongan Hewan
Sapi Indukan Brahman Crosss Bunting di kandang Sapibagus Tapos

Brahman Cross adalah sapi Brahman (Bos Indicus) yang telah di silang-silangkan dengan sapi bangsa bos Taurus dan telah berpuluh-puluh tahun berada di daerah Sub Tropis, sehingga sapi BX tersebut tidak tahan terhadap pakan yang jelek, tidak tahan terhadap ektoparasit dan endoparasit, terbiasa dipelihara di lahan terbuka (tidak di kandang individu) dan tidak “dikeluh”.

Anakan-sapi-bx-lahir
Sapi BX yang lahir di Kandang Sapibagus

Perubahan lingkungan yang drastis dan system pemeliharaan yang berbeda membuat sapi stress yang berdampak pada sistem reproduksinya.

Berhubung dengan adanya kebijakan pemerintah tentang pegadaan dan pembagian sapi BX di masyarakat, maka perlu dipersiapkan standard operasional prosedur (SOP) agar tujuan dari program pembibitan sapi BX ini dapat berhasil yaitu :

  1. Dipilih penerima atau kelompok penerima berpengalaman didalam memelihara sapi dan mempunyai kinerja yang baik dibidang usaha sapi, dan mempunyai komitmen yang tinggi di dalam usaha pembibitan sapi, sebab pembibitan sapi membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan keuntungan (minimal 2 tahun), tidak seperti penggemukan yang dalam tempo 3-4 bulan sudah dapat dijual.
  2. Dipersiapkan pakan yang cukup dengan biaya murah atau kalau bisa tidak ada biaya, dengan cara menanam tanaman pakan berupa leguminosa (dapat dipilih atau digabung glirisidea, kaliandra, lamtoro dan kelor).Rumput (rumput gajah, king grass, setaria dll) juga pemanfaatan limbah pertanian, limbah pasar dan industry menggunakan teknologi pakan (misal fermentasi, pengeringan, amoniasi dll) sebagai sumber pakan murah berkualitas.

    Masalah pakan murah berkualitas ini penting sekali bagi pembibitan sapi, mengingat usaha pembibitan sapi membutuhkan waktu yang lama sehingga peternak mendapatkan untung setelah sapi berkembang biak dan dipelihara hingga layak jual. Sehingga ada yang bilang bahwa usaha pembibitan itu bisa untung bila pakannya tersedia oleh alam.

    Berdasarkan pengalaman yang lalu, banyak sekali penerima bantuan justru merasa rugi karena harus memelihara lama dan mengeluarkan biaya pakan yang banyak akan tetapi tidak mendapatkan untung karena sapinya tidak menghasilkan anak hingga laku jual.

  3. Sapi BX yang di import dari Australia bukannya spek bibit tetapi speknya slaughter, yaitu untuk dipotong, sehingga sapi betina yang didapatkan mesti dipastikan alat reproduksinya normal, minimal dengan palpasi per rectal dengan melihat kenormalan pada uterus dan ovary, sebab berdasarkan pengalaman kami, bahwa sekitar 20% mengalami kelainan yang terbanyak adalah hipo ovary (ovarium tidak tumbuh), corpus luteum persisten dan folikel sistic, sehingga apabila terjadi seperti ini, maka sapi perlu diterapi terlebih dahulu, akan tetapi bila terjadi kelainan pada uterusnya maka perlu di culling.
  4. Sapi BX di negeri asalnya dipelihara dengan di lepas di padang penggembalaan, sehingga bila dipelihara di Indonesia perlu di adaptasikan terlebih dahulu dengan dipelihara di padang penggembalaan atau paddock yang tidak dikeluh dan diikat, sebab kalau dikeluh dan diikat menyebabkan stress pada sapi.
    Sapi-BX-keguguran
    Bayi Sapi BX yang lahir prematur

    Sehingga untuk tahap awal sapi sebaiknya dikelompokkan dalam satu kandang dan diberi pejantan. Pejantan yang dipergunakan dapat berbagai bangsa tergantung keinginan peternaknya, dan perlu diyakinkan pejantan tersebut mempunyai libido yang baik dan produksi semennya bagus, seyogyanya perbandingan antara pejantan dan betina 1 : 25 ekor.

  5. Sapi BX mempunyai sifat keibuan (mother ability) yang kurang baik terutama pada sapi Heifer, sehingga apabila terdapat sapi yang akan melahirkan perlu di pisahkan dan diamati secara intensif. Setelah pedet dilahirkan diupayakan segera mendapat kolustrum(susu pertama) tidak lebih dari 24 jam, apabila tidak bisa menyusui sendiri perlu dilatih “bounding” dengan menyusukan ke induknya.Apabila tidak bisa maka susu kolustrum perlu diperah dan disusukan ke pedet, sebab susu kolustrum dibutuhkan untuk ketahanan tubuh pedet. Biasanya pedet kalau tidak mendapatkan kolustrum angka kematiannya tinggi.

    Sebab itu pedet tetap harus mendapatkannperhatian karena kematian pedet sapi BX sangat tinggi sekitar 50%, sedangkan tingkat keberhasilan dari pembibitan adalah jumlah pedet lepas sapih yang dihasilkan lebih dari 60% dalam sekelompok sapi.

Sapi-bx-persilangan
Sapi BX di Kandang Sapibagus Tapos

Berdasarkan hal tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa agar pembibitan sapi BX dapat berhasil dipeternakan rakyat perlu adanya pendampingan teknis pada kelompok ternak yang mendapat bantuan sapi BX, yaitu mulai dari

  • Seleksi kelompok penerima bantuan sapi,
  • Persiapan penanaman pakan (leguminosa dan rumput),
  • Teknologi pakan untu penanganan limbah pertanian dll.
  • Seleksi sapi induk yang diterima,
  • Terapi apabila sapi mendapatkan permasalahan reproduksi
  • Sistem pemeliharaan induk mulai perkawinan, menjelang partus, pemeliharaan pedet segera setelah dilahirkan hingga lepas sapih, sebab kematian pedet terbesar saat sebelum sapih.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll to Top