Pakar: Mustahil Stop Impor Pangan

Tahun politik, begitulah kondisi saat ini. Gembar-gembor akan swasembada pangan pun dijadikan bahan persuasi bagi para pasangan calon untuk menggaet pemilih. Dwi Andreas Santosa, pakar sekaligus pengamat pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB) mengatakan, para calon persiden tak perlu mengiming-imingi janji dapat wujudkan impor pangan karena saat ini Indonesia masih ketergantungan impor terhadap 21 komoditas subsektor pangan. “Jika ada pasangan calon presiden mewacanakan akan stop impor, bahkan mampu mewujudkan Indonesia akan swasembada, itu mimpi belaka. Pada kondisi saat ini, tak mungkin dan sulit sekali menyetop impor pangan,” sebut Dwi saat acara diskusi, Jakarta, Rabu (13/2).

Ia mengatakan, dari total impor 21 komoditas subsektor tanaman pangan terus mengalami peningkatan dari 18,2 juta ton pada 2014 menjadi 22 juta ton pada 2018. Sementara itu, impor pangan untuk tujuh komoditas utama, seperti beras, jagung, gandum, kedelai, gula tebu, ubi kayu, serta bawang putih, secara volume juga terus mengalami peningakatan dari 21,7 ton pada 2014 menjadi 27,3 juta ton pada 2018.

Masih menurut Dwi, presiden terpilih periode 2019-2024 mendatang nantinya akan mengalami permasalahan dasar yang sama, yaitu banyaknya komoditas yang mesti diimpor dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan pasar.

Indonesia pun saat ini telah masuk pada kondisi jebakan impor (impor trap). Contohnya ketika impor jagung diturunkan dari 3,5 juta ton pada 2014 menjadi 1,3 juta ton pada 2016. Namun akibatnya, bahan substitusi jagung seperti gandum mengalami lonajakan impor yang tinggi sehingga berdampak pada kenaikan harga pakan hingga 4 kali lipat pada 2018.

Selain itu, harga beras pada Januari 2018 juga alami kenaikan harga yang semakin melambung jika pemerintah tidak memutuskan impor beras sebesar 2,2 juta ton untuk menstabilisasi harga. “Kebijakan ke depan seyogyanya betul-betul dicermati dan diteliti karena kita telah masuk pada “Impor trap” tersebut. Ketika ada kooditas yang coba kita turunkan, pasti komoditas lain pun bergejolak,” papar Dwi.

Meski demikian, ia tak menampik jika persoalan impor pangan masih menjadi bola panas yang akan dikritisi pada debat calon presiden putaran kedua mendatang dengan mengangkat tema energi, pangan, infrastruktur, sumber daya alam, serta lingkungan. SapiBagus/nova

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll to Top