Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Syarkawi Rauf menyatakan Mahalnya harga daging sapi dipengaruhi oleh naiknya harga daging sapi bakalan (sapi potong) lokal di Indonesia. Hal ini diungkapkan oleh  saat meninjau kelompok peternak sapi Padusan, Desa Kubang, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon, Sabtu, 27 Agustus 2016.
“Harga sapi bakalan lokal itu dari waktu ke waktu naik terus harganya, dari tahun 2003 masih Rp 3 juta per ekor untuk berat 200 kilogram naik menjadi Rp 8 juta tahun 2007-2008 kemudian naik lagi menjadi Rp 13-16 juta tahun 2016 sekarang ini,” papar Syarkawi kepada Kompas.com, Selasa (6/9/2016).
pasar-sapi-bakalan-2017

foto: mundirun/mitra SB

Dia menambahkan, melambungnya harga daging sapi bakalan lokal berimbas pada harga daging sapi segar lokal di pasaran.

“Makanya harga daging sapi segar dari sapi bakalan lokal itu bisa sampai Rp 130.000-140.000 per kilogram, itu sangat mahal, penyebabnya apa, ya itu tadi harga sapi bakalannya yang terlalu mahal,” ujarnya.

Syarkawi menjelaskan penyebab harga sapi bakalan lokal terus melambung dari tahun ke tahun.

“Kenapa harga sapi bakalan lokal mahal? Penyebabnya antara lain faktor regulasi. Selama ini pembeli sapi bakalan lokal itu fokusnya ke Jawa Timur dan Jawa Tengah, sekarang Soekarwo (Gubernur Jatim) membuat regulasi melarang sapi-sapi yang dari Jatim diperdagangkan di luar Jatim, nah akibatnya pembeli sapi bakalan lokal yang biasanya membeli ke Jatim semuanya beralih ke Jateng,” ungkapnya.

pasar-ternak-payakumbuh

Peralihan tersebut membuat permintaan sapi di Jateng melonjak. “Peralihan itu menyebabkan permintaan terhadap sapi bakalan lokal ke Jateng menjadi sangat tinggi. Tingginya permintaan tanpa diimbangi oleh pasokan sapi ya harga pasti naik,” tambahnya.

Syarkawi mengungkapkan, panjangnya rantai distribusi perdagangan sapi terjadi  karena peternak rakyat atau pelaku usaha peternakan tidak menjual langsung ke pasar.

“Di situ kami duga ada sekelompok pelaku usaha yang memang sengaja membuat harga sapi bakalan lokal sangat eksesif, nah ini yang akan kita dalami di KPPU,” tambahnya.

Sementara terkait lokasi ditemukan indikasi permainan harga, Syarkawi belum menjelaskan lebih detail lokasinya.

BIBIT LIMO

BIBIT LIMO

“Ini yang akan kami dalami karena praktis pembelian sapi bakalan lokal terpusat ke Jateng nah itu yang akan kami lihat siapa yang bermain di situ, persisnya di mana itu akan kami dalami,” jelasnya

Sementara itu Sekretaris kelompok peternak sapi Padusan, Desa Kubang, Adi Mukadi menyatakan  peternak sapi lokal seperti mereka tidak pernah mengirimkan sapi untuk dipotong ke rumah potong hewan. “Fokus kami hanya pada perayaan besar saja, seperti Idul Fitri dan IDUL adha seperti sekarang ini,” kata Adi seperti dikutip dari TEMPO.co

Sekitar 8 bulan sebelum Idul Adha, peternak mengambil sapi bakalan dari daerah jawa Timur dan Jawa Tengah. Sapi itu kemudian dipelihara dan digemukkan di daerah mereka. “harga sapi bakalan bervariasi. Paling rendah Rp 12 juta/ ekor,” kata Adi.
Menjelang Idul Adha, para peternak bisa menjual satu sapi yang gemuk dan sehat, dengan berat sekitar 4 kwintal, minimal Rp 23,5 juta. “Jadi selama 8 bulan jika dihitung dengan sejumlah pengeluaran, kami hanya mendapatkan kurang dari Rp 500 ribu sebulan,” kata Adi.
Adi berharap pemerintah memperbanyak dan memberikan perhatian kepada peternak sapi bakalan. “Karena kalau dari hukumnya sudah mahal, di hilir nya juga ikut mahal,” katanya. Jika harga sapi bakalan di bawah Rp 10 juta, maka harga daging sapi bisa dihargai Rp 70 ribu per kilogram.
Sumber:

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/09/06/192426526/kppu.ungkap.mahalnya.harga.sapi.bakalan.lokal

https://nasional.tempo.co/read/news/2016/08/27/058799472/kppu-akan-selidiki-tingginya-harga-sapi-bakalan-lokal

Praktisi Ternak Sapi.
http://www.sapibagus.com
email: [email protected]

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.