Belajar Dari Pengapalan Perdana Sapi Kapal Ternak

Program Pemerintah tentang pengadaan kapal ternak cukup positif dan akan memberikan manfaat bagi dunia ternak Indonesia. Tujuan awal dari pengadaan kapal ternak adalah memperlancar distribusi ternak sapi dari daerah penghasil sapi seperti NTT, NTB, Bali, di Sulawesi Selatan dikirim ke daerah yang devisit sapinya seperti di Jawa, Sumatera dan Kalimantan.

Pengapalan sapi perdana dari Nusa Tenggara Timur ke Jakarta yang sambut langsung oleh Presiden Jokowi di Tanjung Priok, namun ternyata menyisakan masalah.

Kapal-Ternak-Sapi-Camara-Priok
foto: agus suparto/istana presiden

Sejak awal sewaktu pengadaan sapi di NTT dalam penentuan harga jual dari peternak lokal cukup alot, karena peternak lokal meminta harga jual di Kupang timbangan hidup sebesar Rp 34.000 per kilogram, sementara pihak Bulog dan Kementrian Pertanian meminta harga Rp 35.000 per kilogram kondisi sapi ditimbang di Jakarta (Kompas. 7/12/15).

Mengingat pengapalan ini merupakan yang perdana dan untuk kebaikan bersama, akhirnya kedua belah pihak sepakat untuk memberangkatkan kapal ke Jakarta, walau hanya mengangkut 354 ekor sapi dari kapasitas 500 ekor. Sesampai di Tanjung Priok, sapi segera diangkut truk menuju kandang yang ada di Tambun Bekasi.

Dengan harga Rp 35.000 ditambah margin Rp 3.000 Harga jual Rp 38.000 per kilogram cukup menarik bagi jagal pemotong di RPH di Jakarta dan sekitarnya, sebab dengan harga yang dipatok tersebut maka harga karkas akan menjadi Rp 72.000 per kilogram.

Kondisi harga karkas sapi Kupang yang di potong di Jakarta dan sekitarnya saat ini sebesar Rp 86.500 pe kilogram, tentu cukup signifikan perbedaan harganya. Beberapa jagal mencoba melihat kondisi sapi di kandang Tambun, Bekasi, namun ternyata kondisi sapinya belum siap potong alias perlu beberapa bulan di gemukkan di feedlot.

Kapal-Ternak-Sapi-Camara-Priok
foto: agus suparto/istana presiden

Kalaupun sapi dipaksakan untuk dipotong sekarang, maka karkas sapi keluar tidak lebih 40% sehingga pihak jagal akan berpotensi rugi atau harga jual daging sapinya lebih mahal dari harga pasaran yang ada, walaupun harga timbangan hidup sapi lebih murah. Demikian disampaikan H. Iwan, Jagal sapi yang biasa memotong sapi di Rumah Pemotohan Hewan Tapos, Depok (18/12/15).

Peternak NTT merasa harga yang dipatok terlalu murah, sehingga kemungkinan akan menjual ke pedagang yang menggunakan kapal biasa, yang harganya lebih menarik. Demikian juga jagal yang ada di Jakarta, masih memilih sapi kupang yang ada dipasaran karena masih menguntungkan.

Selain itu juga jaminan pasokan dan kualitas sapi yang menggunakan kapal ternak belum bisa di andalkan, mengingat pasokan hanya ada satu kapal dan bisa bersandar di Tanjung Priok. Setiap seminggu sekali Jadi bila dilihat dari jumlah pasokannya sangat sedikit, jika dibandingkan dengan kebutuhan di Jakarta yang setiap harinya harus memotong sapi sekitar 1500 ekor.

Sebenarnya masalah tersebut bisa diatasi dengan membuka ruang komunikasi, dengan melibatkan peternak sapi di NTT, Pemerintah, Bulog, Pelni dan pihak pedagang di Jakarta. Semoga kita bisa belajar dari pengapalan perdana sapi ini, sehingga pengapalan berikutnya bisa lebih baik.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll to Top