5 Negara Pernah Menderita Kerugian Ekonomi Akibat Penyakit PMK

5 Negara Pernah Menderita Kerugian Ekonomi Akibat Penyakit PMK

Penyakit Mulut dan Kuku ( PMK) atau foot and mouth disease merupakan penyakit endemik  yang menyerang  ternak besar,  seperti  sapi, kerbau, kambing dan babi, yang diakibatkan oleh  virus picorn. Penyakit ini pernah menyerang beberapa Negara berpenghasil ternak, berikut ada 5  negara yang pernah menderita kerugian akibat penyakit PMK.

  1. Negara Taiwan

Negara Taiwan Pernah menderita wabah penyakit PMK pada tahun 1997 yang telah menyebabkan kerugian ekonomi sebesar USD $ 1,3 milyar atau setara dengan Rp 17 trilyun. Dimana sebanyak 3,6 juta ekor babi dimusnahkan serta sebanyak 50.000 tenaga kerja di sektor pertanian dan industri terkait terpaksa hilang. Sampai sekarang Negara Taiwan belum terbebas dari PMK.

  1. Negara Brasilia

Negara Samba ini terkenal pengekpor daging sapi nomor empat terbesar di dunia, pernah menderita wabah PMK pada tahun 2001, yang mengalami kerugian ekonomi akibat pemberhentian ekspor daging ke Negara-negara Eropa dan Asia sebesar USD $ 300 juta atau Rp 4 trilyun.

Penyakit-mulut-kuku-sapi-india-eropa
Sumber: Buku Pengamanan maksimum kesehatan hewan Dr. Drh. H. Sofjan Sudardjat D, MS

Kerugian terhadap peternak lokal cukup besar karena memiliki populasi sapi sebanyak 167 juta ekor dan perlu biaya vaksin yang harus dikeluarkan Pemerintah. Sektor pariwisata juga kena dampaknya, sehingga ditaksir kerugian mencapai USD $ 1 Milyar atau Rp 14 triyun lebih dan sampai sekarang Negara tersebut belum terbebas dari PMK.

  1. Negara Argentina

Di tahun yang sama 2001 Argentina juga terjangkit penyakit ini, kehilangan peluang exportnya kee Amerika Serikat, Kanada dan Uni Eropa, sehingga dalam beberapa bulan saja potensi kerugian ekonomi akibat wabah PMK di negara ini sebesar $ 600 juta atau Rp. 5.4 trilyunar di dunia.  Argentina juga harus mengeluarkan biaya vaksin terhadap populasi sapi yang mencapai 48 juta ekor dan sampai sekarang Negara tersebut belum terbebas dari PMK.

  1. Negara Inggris

Inggis pernah terjadi wabah PMK pada tahun2001 diperkirakan  kerugian mencapai 250 juta poundsterling (£) per bulan. Bahkan saat awal kejadian  wabah pada bulan februari sampai juni 2001 kerugian mencapai   £  1 milyar setara Rp. 14 trilyun. Menurut laporan  40% produsen ternak yang terkena dampak PMK tidak mampu pulih lagi dan 6% kehilangan usahanya.

Pemerintah Inggris terpaksa menggabungkan sisa-sisa peternakan yang masih ada, sehingga dampaknya sampai tahun 2005 tenaga kerja yang hilang di bidang industri peternakan sebesar 2000 orang tenaga kerja.

Kerugian lain berhentinya ekspor daging (sapi, domba, dan babi) juga ekspor ternak sapi. Diperhitungkan kerugian yang ditimbulkannya dalam setahun sebesar £12,1 juta. Kerugian ekonomi bidang pariwisata  akibat wabah PMK tahun 2001 di Inggris ditaksir sebesar £5,5 milyar setara Rp. 77 triliun.  Saarmpai saat ini Negara Inggis belum terbebas dari PMK.

  1. Negara Indonesia

Di negara kita pernah mengalami wabah PMK saat pemerintah order baru di tahun 1983, biaya pemberantasan termasuk vaksinasi,  biaya pemusnahan dan pembakaran ternak (disposal dan dekontaminasi).

Nilai kerugian ekonomi pada waktu penanggulangan PMK masih bersifat rutin dengan dana yang terbatas pada periode tahun 1963 – 1978 yaitu berjumlah Rp. 135 milyar atau Rp. 6,75 trilyun nilai sekarang.  Pada waktu wabah PMK tahun 1983, dana yang disediakan Pemerintah untuk pemberantasan mencapai Rp 3 milyar termasuk bantuan Pemerintah Australia sebesar A $ 8.000.000 (Rp. 45 milyar nilai sekarang).

Dr-Drh-Soehadji

Nilai kerugian ekonomi wabah tahun 1983 adalah sebesar 12 milyar, sedangkan besarnya kerugian apabila tidak dilakukan pengendalian mencapai Rp. 55 milyar atau Rp. 1,1 trilyun nilai sekarang.  Dengan demikian sebanyak Rp. 43 milyar atau Rp. 860 milyar nilai sekarang dapat diselamatkan dari wabah PMK yang berhasil ditanggulangi.

Saat sekarang Indonesia sudah bebas dari PMK, menurut OIE badan kesehatan hewan dunia, hanya ada 5 negara saat ini yang sudah bebasa penyakit ini yaitu Amerika Serikat, Kanada, Australia, Selandia Baru dan Indonesia

Sumber: Makalah Dr.Drh. Soehadji dari Lembaga Pengamat Bidang Kedokteran Hewan , yang disampaikan dalam Seminar Nasional di Munas Gapuspindo, Lampung (16/02/16)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll to Top